Belajar Revolusi Mental dari Kampung Bugis

Dulu Kumuh, Kini Diproyeksi Jadi Portofolio Kampung Wisata

Dari penuturan pria berjanggut ini diketahui, perubahan Kampung Bugis lantaran ada stimulus dari KNSW tersebut. Kelompok tersebut bersusah payah dengan berbagai cara mengajak warga agar peduli dengan lingkungan tempat tinggal mereka.

Persoalan paling miris selain sampah yang ia rasakan, tuturnya, tidak adanya surau atau Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) tempat mengaji anak-anak di kampung itu. Namun sejak berdirnya KNSW, TPQ bisa berdiri.

“Tidak hanya TPQ, tapi sekarang sudah ada PAUD di kampung kami,” ucapnya.

Baca Juga :  Menyimak Suara Hati Anak-anak Korban Pernikahan Dini

Sementara itu, Ketua KNSW, R Pramiga Aditya mengatakan, perubahan warga sejak lima bulan terakhir sudah sangat kontras. Jejak buruk masa lalu sudah mulai ditinggalkan. Mereka sudah tidak lagi membuang sampah di laut, apalagi di depan pekarangan rumah.

“Awalnya saya ditunjukan kampung lain untuk membentuk kelompok nelayan ini, tapi taraf kesadaran warga yang paling menantang adalah di Kampung Bugis. Itulah alasan saya menujuk tempat ini sebagai lokasi pembentukan kelompok,” ucap pria asal Jawa Timur ini.

Baca Juga :  Pantai Gading, Wisata Murah Pilihan Rakyat di Kota Mataram

Masuk di Kampung Bugis, ujar pemilik panggilan Aditya ini tidaklah mudah. Ikhtiarnya menjadikan kampung ini berubah tidak sedikit dianggap modus. Oleh beberapa tokoh warga menganggap dirinya sarat kepentingan masuk di kampung ini. Tidak jarang ia juga dianggap diboncengi partai politik tertentu.

Komentar Anda
1
2
3
4
5
6
7
8
9