Bawa Gulat ke NTB, Hingga Raih Penghargaan Presiden Gulat Asia Tenggara

Segudang prestasi atlet NTB di bidang olahraga terus bermunculan. Kali ini datang dari cabang olahraga (Cabor) Gulat, yang belum lama ini tampil di ajang kejuaraan Gulat tingkat Asia Tenggara. Selain sukses mengamankan medali, atlet NTB Gisca Dewi Mamaghe Sikumbang juga dapat penghargaan dari Presiden Gulat Asia Tenggara.

MESKI Cabor Gulat di NTB terbilang baru dikenal, namun keberadaannya ternyata telah berhasil mengharumkan nama Bumi Gora (NTB). Buktinya, pada ajang Kejuaraan Gulat ASEAN Phenomphen Cambodja, Gisca Dewi Mamaghe Sikumbang berhasil menorehkan medali perunggu, bahkan mendapat penghargaan dari Presiden Gulat Asia Tenggara.

Gisca sapaan akrabnya, merupakan putri kedua dari keturunan darah Manado dan Minang. Perempuan bertubuh kekar ini lahir di Tanah Melayu, tepatnya di Kota Dumai Riau. “Saya mencintai olahraga Gulat atau Wrestling ini sejak saya masih duduk di bangku kuliah di Fakultas Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Padang tahun 2009 lalu,” tuturnya kepada Radar Lombok.

Gisca kemudian menceritakan awal mula mengenal olahraga gulat dari seorang dosennya yang bernama Wiladi Rasyid. Sebagai seorang dosen olahraga, lantas Giska diberikan saran agar ikut di Cabor Gulat. Lantaran dinilai cocok di gulat, karena memiliki perawakan yang gempal dan kekar. “Sempat sih saya bertanya apa sih olahraga gulat itu, bagaimana sih bentuknya, dan apa-apa saja teknik yang harus saya pelajari dan saya dalami,” terangnya.

Atas saran tersebut, ia pun semakin penasaran. Sehingga pada sore harinya, Giska pergi ke GOR Agus Salim kota Padang yang kala itu dia tidak tahu apa-apa Daerah Kota Padang. Namun berkat dukungan orang tuanya yang selalu mendampinginya saat bepergian. “Untung saja orang tua saya faham betul sejumlah jalan di Bukitinggi. Karena kebetulan bapak saya asli orang Bukittinggi,” katanya.

Setelah tiba di GOR Agus Salim, ia melihat dosennya yang sedang duduk di GOR beladiri. Dia pun bertanya tempat lokasi latihan beladiri Gulat. Akhirnya ia dipertemukan langsung oleh pelatih Gulat bernama Drs. Ediswal. Rupanya dosen tersebut merupakan dosen beladiri gulat, dan pelatih atlet gulat Sumatera Barat. Bahkan sosoknya juga sebagai Sekretaris Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) Sumatera Barat kala itu.

Saat itu, dosen tersebut bertanya kepadanya, terkait keseriusannya untuk aktif di Cabor Gulat. Keraguan itu pun dijawab langsung dengan penuh keyakinan. Setelah mengenal gulat selama dua bulanan, di situlah ia merasa tertantang dan mendalami beladiri gulat. “Awal karir saya di beladiri gulat, saya turun di Kejurnas Gulat Junior 2010,” bebernya.

Di kejuaraan Junior itulah dirinya tampil perdana main di kejuaraan nasional gulat yang berlangsung di Pekanbaru, Riau. Dari momen itulah awal mulainya, Gisca dipercaya meneruskan karirnya di level kejurnas senior, di Jogja. Berlanjut ke Porprov 2010 Sumatera Barat, Giska mendapatkan medali emas Padang Pariaman. Bahkan di Porprov tersebut ia berhasil mengalahkan senior putri. “Saya lanjut tampil di Kejurnas Kemenpora 2011. Di sana saya mendapatkan medali emas dengan final bertemu atlet SEA games kala itu,” tambahnya.

Atas keberhasilannya di Kejurnas Kemenpora, ia pun dinobatkan sebagai pegulat terbaik putri. Kejuaraan selanjutnya, ia tampil di kejurnas senior open tournamen Bandung. Berkat penampilannya yang konsisten ia kembali mendapatkan medali emas. Dilanjutkan kejurnas senior sekaligus Pra-PON Semarang, ia mendapatkan peringkat satu. Karena smencoba bermain di kelas lebih kecil dari kelas biasanya dan mendapatkan tiket untuk PON 2012.

Selanjutnya pada kejurnas senior yang diadakan PGSI Bandung, ia bermain di kelas 67. Di momen itu Giska mendapatkan medali perak, karena bukan kelasnya lantaran saat itu berat badannya 53 kg. “Selanjutnya di ajang Warproof Sumatera Barat 2012, saya kembali mendapatkan medali emas membawa nama kabupaten Padang Pariaman,” jelasnya.

Baginya, kalau di Cabor Gulat seakan sudah menyatu dengan dirinya. Hingga dirinya bisa diterima menjadi ASN P3K di SMAN 2 Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Ia mengaku termotivasi untuk membuka latihan Gulat. Giska pun berkoordinasi dengan orang PGSI Pusat untuk izin membuka Pengprov PGSI NTB.

Menurutnya, ia melihat potensi di NTB, khususnya lombok itu banyak bibit-bibit yang punya power tapi belum terlatih tinggal dipoles. Di saat itu ia pun mulai aktif melatih, meskipun Pengprov PGSI NTB belum terbentuk. “Walaupun PGSI NTB belum terbentuk, saya melatih mereka di sekolah menggunakan modal sendiri,” katanya.
Adapun pada Tanggal 8 September 2023, Pengprov PGSI NTB resmi terbentuk dengan dikeluarkan SK oleh PP PGSI. Dan di saat itu pula, tepatnya pada 27 Oktober sampai 31 Oktober 2023 event PON beladiri U-17 Indonesia Martil Art Game (IMAG) bertujuan untuk mencari bibit-bibit pegulat remaja usia 17 tahun untuk persiapan Sea Games remaja U-17.

Di event tersebut, atlet Gulat NTB remaja U-17 mendapatkan satu emas tiga perak. Kemudian pada 1 november, pihaknya bergeser ke Ciracas dikarenakan babak kualifikasi PON 2024. Di Ciracas, dari tanggal 1 hingga 10 November mereka di Jakarta untuk event tersebut. “Alhamdulillah tim Gulat NTB meloloskan 3 kelas 2 putra 1 Putri,” katanya.

Tidak berhenti disitu, Gisca kemudian mendapatkan surat pemanggilan dari PP PGSI untuk mewakili Indonesia di event bergengsi Westerling Asian Champion Venom Pen Camboja. Pegulat NTB mendapatkan perak dan perunggu mewakili Indonesia. Kemudian Giska juga mendapatkan cenderamata penghargaan dari Presiden Asian Westerling Mr. Ceasy Bernard.

Adapun untuk saat ini, ia mengaku ingin fokus untuk prestasi PON 2024 mewakili NTB. Segala bentuk kerja kerasnya, satu persatu mulai mulai terlihat. Sehingga ia berharap agar para atlet juga tetap disiplin dalam berlatih, demi Cabor Gulat NTB. “Semoga kami tim Gulat NTB mendapatkan hasil yang terbaik untuk NTB Maju Melaju. Kami juga sangat membutuhkan support dari sponsor yang ada di NTB, untuk melengkapi sarana prasarana gulat NTB,” harapnya. (NASRI BOEDJANA – MATARAM)

Komentar Anda