GILANG DAN SAKTI SUKSES BERLAYAR KELILING LAUT PULAU LOMBOK

ATLET KAYAK: Inilah dua atlet Kayak, Gilang Mutan dan Bangkit Sakti, yang berhasil menaklukkan laut keliling Pulau Lombok, selama tiga minggu. (NASRI/RADAR LOMBOK)

Dua atlet Kayak, Gilang Mutan dan Bangkit Sakti, tampak masih basah kuyup ketika finish di Pantai Ampenan, Rabu (23/8) lalu. Ke duanya tiba di finish, setelah belasan hari keliling di Laut Pulau Lombok. Misi ini dilakukan untuk lebih mengenalkan olahraga Kayak kepada masyarakat NTB, yang memiliki garis pantai indah di Indonesia.

ISTILAH Circumnavigation mungkin hanya akrab di telinga olahragawan Kayak, yang memiliki arti berlayar mengelilingi suatu pulau atau kepulauan atau daerah. Kayak berbeda dari Kano berdasarkan posisi duduk pendayung, dan jumlah bilah pada dayung.

Kayak adalah perahu yang rendah di atas air, seperti Kano, dimana pendayungnya duduk menghadap ke depan, dengan kaki di depan, menggunakan dayung berbilah ganda.

Circumnavigation sukses dilakukan Gilang dan Sakti untuk memperingati hari Kemerdekaan Indonesia. Gilang dan Sakti menaklukkan Laut Lombok, selama tiga minggu mengarungi lautan utara, timur, Selatan dan barat Pulau Lombok. Pemuda 28 tahun ini menempuh jarak total 355,5 kilometer.

Gilang tidak sendiri, selama perjalanan dia ditemani Bangkit Sakti. Misi keliling laut Lombok yang dijalankan sejak 8 Agustus itu bertema “Lombok Circum Navigation”, Ekspedisi Kayak Keliling Lombok. Pada perjalanannya, kedua atlet Kayak ini mengaku mendapat pengalaman yang luar biasa.

Baca Juga :  BAGUS RASE, PERINTIS USAHA JAJANAN KHAS KELAYU LOTIM YANG MELEGENDA

Sejauh pengalamannya melakoni perjalanan keliling Pulau dengan Kayak, baik di Laut Papua, Jakarta, dan Pulau Jawa. Rupanya mereka lebih terkesan dengan misi keliling Pulau Lombok. Pasalnya, ada wilayah laut yang dianggapnya sangat mengerikan. “Sejauh pengalaman kami, Pulau Lombok (yang) paling mengerikan. Terutama di Laut Selatan Lombok, arusnya sangat ekstrim,” beber Gilang, Kamis (24/8).

Gilang merupakan putra pasangan Hari Gunawan dan Cholifah. Tumbuh di Lombok, namun ini adalah kesempatan pertamanya melakukan hobinya tersebut di tanah kelahirannya. Gilang sudah berpengalaman Kayaking ribuan kilometer sejak 2014. ”Mulai main kayak di sungai tahun 2014,” cetusnya.

Saat itu, Gilang mengarungi sungai-sungai besar di Malang, Lumajang, Yogyakarta, Magelang, dan Sukabumi. Mulai menekuni Kayak laut secara serius sejak 2018 di Raja Ampat. Bahkan sempat melakukan Kayaking selama 16 hari beruntun pada awal 2020 di Raja Ampat dengan jarak 250 kilometer. ”Kalau tiga tahun secara profesional sudah menempuh jarak sekitar 4.500 kilometer Kayaking,” jelasnya.

Untuk Lombok Circumnavigation, Gilang sudah memetakan bakal menempuh waktu sekitar tiga minggu. Dimulai dari Pantai Ampenan menuju Pantai Nipah, Pantai Tebing, Pelabuhan Carik, Pantai Kita Irsan, Gili Kondo, Pantai Suryawangi, Pink Beach, Pantai Kura-Kura, Tanjung Aan, Selong Belanak, Pantai Piling, Pantai Desert Point, Pantai Elak-Elak, dan Pantai Karang Bangket.

Baca Juga :  NAUFAL HAMMAM, ATLET PARALAYANG BERBAKAT ASAL NTB

Selama Kayaking, Gilang singgah di pantai-pantai yang menjadi checkpoint dan beristirahat dengan berkemah. Selama perjalanan, perbekalan yang dibutuhkan ikut dibawa diatas Kayak. ”Tujuh hari pertama kita bawa langsung. Nanti tujuh hari berikutnya akan didrop lagi. Maksimal beban yang bisa dibawa hanya 30 kilogram,” katanya.

Untuk mempersiapkan diri, anak kedua dari empat bersaudara ini sudah melakukan survei lokasi, cek perkiraan cuaca, angin dan ombak selama ekspedisi, latihan fisik kardio dan power, serta endurance. ”Insyallah sudah siap semua,” kata pemuda lajang ini.

Gilang menegaskan, dirinya ingin lebih memassalkan olahraga Kayak. Karena Indonesia adalah negara kepulauan, tetapi kayaking sangat amat jarang. Sedangkan di wilayah Skandinavia seperti Stockholm yang hanya memiliki sungai atau laut di sepanjang kotanya, justru masyarakatnya antusias.

”Yang paling utama alasan saya adalah Lombok ini rumah saya sendiri, dan belum ada yang pernah berkayak secara serius di Lombok. Makanya saya bikin ekspedisi ini di tahun 2023, walaupun sudah direncanakan sejak 2019,” pungkasnya. (NASRI BOEDJANA – MATARAM)

Komentar Anda