“Di usia mereka yang seharusnya duduk di bangku sekolah, malah mereka diarahkan turun melaut oleh orangtua mereka,” tuturnya.
Permintaan melaut, jelasnya, tidak lepas dengan kondisi ekonomi warga yang sebagian besar disandarkan dari hasil laut. Anak-anak usia sekolah harus turut serta menangkap ikan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Perubahan kondisi di Kampung Bugis rupanya diamini pula penghulu Masjid Nurul Bahar, Ustadz Zaenal. Setiap kali mengulang memorinya lima bulan lalu, ia mengaku terharu. Kondisi kumuh yang dulu digandrungi warga, kini sudah enyah.
“Bayangkan saja, jalan di depan masjid saja sampahnya berserakan begitu rupa. Padahal ini (masjid) rumah Tuhan,” ujarnya terharu.
Setiap kali menggugah ingatanya, Zaenal mengaku tak habis pikir dengan warga. Mereka masih enak beribadah dengan lingkungan masjid yang kotor dan jorok.