Belajar Revolusi Mental dari Kampung Bugis

Dulu Kumuh, Kini Diproyeksi Jadi Portofolio Kampung Wisata

Namun setelah warga mengetahui identitasnya lebih dalam sebagai akademisi, perlahan warga mulai luluh. Sosok ini dianggap tulus memperjuangkan diri mereka. Terlebih tidak sedikit jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) berkorban materi untuk warga.

Kerelaannya mendedikasikan tenaga, pikiran dan materinya di lokasi ini disebutnya demi sebuah mimpi. Ia ingin menjadikan kampung Bugis sebagai portofolio percontohan pengembangan pemukiman kawasan pesisir yang tidak kumuh dan miskin.

“Ini tugas dan kewajiban akademik saya untuk menerapkan ilmu yang saya miliki,” bebernya.

Baca Juga :  Luar Negeri Kepincut Bisnis Kelapa Lombok Utara

Sejauh ini, terangnya, baru sekitar tiga Rukun Tetangga (RT) yang dijadikan sebagai obyek garapan. Yaitu RT 4, 5 dan 6. Sementara RT 1, 2 dan 3 di kampung ini lokasinya relatif lebih jauh dari pantai dan berada di pinggir jalan utama. Kedepan, ruang lingkup obyek garapannya akan diperluas ke ketiga RT tersebut.

Kepada Radar Lombok, Aditya bercerita. Awal mula ia masuk dan menjalankan misinya, ia bersih-bersih pantai menyapu sampah-sampah yang ada. Tragisnya, warga hanya menonton. Sialnya lagi, tempat yang baru saja disapu malah dibuangi sampah lagi.

Baca Juga :  Ratusan Siswa di Lombok Timur Rebutan Kuota Paskibraka

“Coba bayangkan itu, sakit kan? Tempat yang baru saja disapu malah dikotori lagi,” kenangnya.

Namun demikian, ia tak jera. Aktivitas serupa kembali dilakukan berulang-ulang. Hanya saja, warga yang usil tak lelah “mengerjai” dirinya dengan membuang sampah seperti semula.

Komentar Anda
1
2
3
4
5
6
7
8
9