Poroduksi Melimpah, Harga Bawang Merah Anjlok

HARGA ANJLOK : Harga bawang merah masih anjlok di pasaran. (NASRI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Beda halnya dengan beras, belakangan ini harga komoditas bawang merah di pasaran justeru mengalami penurunan. Hal tersebut diakui Dinas Perdagangan (Disdag) NTB.

“Dari catatan kami di tiga pasar induk, harganya memang turun dari HET (Harga Eceran Tertinggi, Red),” terang, Kepala Disdag NTB Baiq Nelly Yuniarti, Rabu (25/10).

Dikatakannya, HET komoditas bawang merah berada diharga Rp 36.500 sampai Rp 41.500 per kilogram. Namun harga di tiga pasar induk NTB menjelang akhir Oktober; pasar Kebon Roek dan Pagesangan untuk harga bawang merah di angka Rp 18 ribu per kilogram, sedangkan di pasar Mandalika Rp 14 ribu per kilogram. Sementara harga rata-rata Rp 16.667 per kilogram.

Disdag NTB menduga, melimpahnya hasil petani bawang merah, tidak dibarengi kelancaran pemasaran ke luar daerah. Ini karena rute tol laut distribusi bahan pokok (bapok) dari NTB, seperti komoditas bawang merah menumpuk di Pulau Jawa. Sementara kebutuhan bawang merah untuk Pulau Jawa dipasok oleh para petani dari Kabupaten Brebes, Jawa Timur.

Baca Juga :  Waspada Penipuan Pendaftaran Subsidi Listrik Melalui Website

“Kita tahu, Kabupaten Brebes merupakan sentra penghasil bawang merah terbesar di Indonesia, jadi saat dijual bersamaan dengan bawang merah dari NTB, masyarakat tetap milih bawang merah dari Brebes,” jelasnya.

Harapannya, rute tol laut distribusi bapok yang ada saat ini, mulai dari Tanjung Perak Surabaya, Maluku, NTT, NTB kemudian kembali lagi ke Tanjung Perak, bisa ditinjau ulang Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sehingga bisa diubah menjadi Tanjung Perak Surabaya, NTB, NTT dan Maluku, kemudian kembali lagi ke Tanjung Perak.

“Idealnya memang, pasar kami itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dari Indonesia Timur dan Indonesia tengah juga, seperti di NTT, Maluku, Sulawesi hingga ke Kalimantan, kita jangkau pasar ini,” tegas dia.

Baca Juga :  Biaya Umrah Naik, Travel Tunda Keberangkatan Jamaah

Karena masih menggunakan rute tol laut lama, harga bawang merah di NTT dan Maluku malah lebih mahal, karena harus menunggu pasokan dari Surabaya.

“Di Maluku dan NTT beli bawangnya mahal banget karena menunggu kiriman dari Surabaya, bayangkan kalau NTB yang dekat kirim ke sana, petani juga dapat harga bagus,” terangnya.

Agar hasil bawang merah melimpah saat ini tidak membusuk, petani bawang merah terutama di Kabupaten Bima, telah menyimpannya di gudang Controle Athmosphere Storadge (CAS). “Nanti kalau harga sudah stabil, bawang merah yang disimpan itu bisa langsung dilempar ke pasaran,” ujarnya.

Nelly berharap petani dapat menggali informasi atau mempelajari jadwal musim tanam di pulau Jawa.

“Brebes tanam bulan apa, jadi jangan panen samaan, ini harus kita ketahui, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota harus koordinasi, kalau bisa hindari panen bersamaan,” tandasnya. (rie)

Komentar Anda