Munakip, Atlet Berprestasi yang Tagih Janji KONI

BERPRESTASI: Munakip atlet andalan NTB peraihmedali emas di PON 2016 di Jawa Barat. Munakip saat berlatih di GOR Turida beberapa waktu lalu. (Abdi/Radar Lombok)

Menjadi atlet berprestasi, tidak lantas mendapat kemudahan termasuk dalam mencari pekerjaan. Inilah yang dialami Munakip atlet berprestasi NTB.


ABDI ZAELANI – MATARAM


Munakip satu diantara banyak atlet berprestasi NTB. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 lalu di Jawa Barat, dia berhasil membanggakan masyarakat NTB.  Munakip berhasil meraih medali emas dari cabang olahraga (cabor) tarung derajat.

Meskipun meraih medali emas bukan berarti merubah sisi ekonomi. Untuk mendapatkan pekerjaan saja sulit.  Munakip membayangkan dengan status atlet berprestasi, dia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Dia melihat atlet-atlet berprestasi sebelumnya, banyak yang diangkat menjadi PNS. Ada juga yang bekerja di perusahaan daerah atau BUMN dan di perusahaan swasta.  ‘’ Saya rencana mau merantau Mas, karena tanggungan keluarga yang begitu berat. Namun jika ada perhatian dari pemerintah insya Allah saya menetap di Lombok,’’ terangnya kepada Radar Lombok Jumat kemarin (10/3).

[postingan number=5 tag=”olahraga”]

Munakip  berencana menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia.  Jika tidak mendapatkan pekerjaan, menjadi TKI pilihan realistis untuk mendapatkan pendapatan guna membiayai kebutuhan keluarganya. Selain punya istri dan anak, Munakip juga menjadi tumpuan orangtuanya untuk mencari nafkah. ‘’ Dulu di PON, saya mati-matian untuk bisa meraih emas dan alhamdulillah itu tercapai sekaligus menyelamatkan muka NTB namun sayang perhatian pemerintah tidak ada,’’ ucapnya.

Baca Juga :  Ketua KONI Pantau Latihan Cabor

Dirinya masih ingat betul, ada janji jika berprestasi di PON, akan dibantu mendapatkan pekerjaan. Namun sampai sekarang janji itu tidak ada. ” Rencananya mau ke  Malaysia sebagai TKI,” tuturnya.

Untuk sementara ini Munakip kembali ke profesi awal sebagai kusir cidomo. Sehari-hari, pekerjaannya mencari rumput dan membawa cidomonya untuk mencari penumpang. 

Munakip salah satu atlet yang lahir dari keluarga pas-pasan, hidupnya tidak seberuntung teman-temannya kala itu. Pria kelahiran Praya 16 Januari 1986  buah hati   pasangan Jawahir dan Huryati ini rela banting  tulang  membantu keluarga mencari nafkah.   ‘’ Saya jadi kusir cidomo dari sekolah Tsanawiyah dari kelas 1 sampai kuliah semester 4  DII PGSD,” ceritanya.

Sebelum berangkat sekolah, Munakip mencari rumput untuk kuda yang dipeliharanya. Baru setelah siang atau sepulang sekolah, dia narik cidomo. Aktivitas ini dilakoninya sampai dia kuliah. Sebelum berangkat kuliah, Munakip lebih dulu narik cidomonya. ’’Paginya kita mencari rumput, kemudian kalau siang kita narik cidomo,’’ ucapnya.

Baca Juga :  Keluh Kesah Yulia Prayanti, Atlet Berprestasi yang Tidak Diakomodir di Pelatda

Aktivitas yang dilakoni ini bukan tanpa tantangan. Dia kerap dicemooh teman-temannya sekampungnya.  Namun dia tidak pernah minder. Dia justru semakin termotivasi membantu orangtuanya. ’’ Untuk membantu  orang tua apapun kita lakukan,’’ ucapnya.

Di sela-sela belajar dan bekerja itu, Munakip berlatih tarung derajat. Saat duduk di bangku SMA tahun 2001, dia tertarik ikut latihan. 

Tahun 2007, Munakip ikut serta kejuaraan daerah (Kejurda). Dia berhasil meraih perunggu. Prestasinya terus meningkat. Di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), Munakip  meraih emas. Atas prestasinya itu, KONI meliriknya untuk mewakili NTB pada PON 2012 lalu.  Namun saat itu dia  belum berhasil meraih medali emas. Dia hanya meraih perunggu.

Saat mengikuti Pra PON yang berlangsung di Kabupaten Soreang, Jawa Barat tanggal 20-25 Oktober 2015,  mengantarkan  lolos ke PON.  Lalu pada PON 2016, dia meraih medali emas. ‘’ Saya berharap perhatian pemerintah melalui KONI agar bisa dimasukkan bekerja sesuai dengan janji KONI NTB, ‘’ ungkapnya.(*)

Komentar Anda