2019 Lahan Tanam Tembakau Berkurang

Lahan Tanam Tembakau
MENANAM : Sejumlah petani di Lombok Timur mulai menanam tembakau di Musim Tanam (MT) I. (DOK/RADAR LOMBOK)

MATARAM Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB memprediksi luas lahan penanaman tembakau virginia di NTB akan menurun dari tahun sebelumnya. Pasalnya, dalam periode 2019 akan ada dua gelombang penanaman.

“Sekitar 25.000 hektar potensi tembakau virginia tidak di Tanami semua. Tapi biasanya 16-18 ribu hektar naik menjadi 20-22 ribu hektar,” kata kepala Distanbun Provinsi NTB H Husnul Fauzi, Senin kemarin (17/6).

Husnul mengatakan untuk saat ini musim tanam berbeda dari tahun sebelumnya, biasanya terjadi di juni. Mengingat dengan cuaca yang diprediksi BMKG bahwa musim kemarau 2019 maju, sehingga yang berpotensi mulai akhir April 2019 mulai musim kemarau (MK) I.

BACA JUGA: Peternak Tolak Daging Sapi Impor Masuk NTB

Menurutnya, jika dikalikan dengan 2 ton saja mengambil grade 1,9, maka akan  mampu menghasilkan sebanyak 44 ribu ton prosok kering dan biasanya akan menyebabkan over produksi. Bahkan beberapa tahun lalu mampu mencapai 50 ribu ton serapan dari gudang perusahan.

Baca Juga :  Jumlah DBHCHT Diterima NTB Disoal

“Waktu itu masih ada 21 perusahaan, tetapi sekarang yang eksis hanya sekitar 12-14 perusahaan saja membeli tembakau petani,” ujar Husnul.

Dijelaskannya, jumlah perusahaan yang akan menyerap tembakau dari petani berkurang, sehingga daya serapannya juga ikut berkurang. Namun para petani jangan panik dengan kondisi tersebut. Jika waktunya pasti harus mundur dari biasanya, ketika September, Oktober dan November tidak bisa terserap, maka tunggu Januari-Februari pasti akan terserap.

BACA JUGA: Cuaca Buruk, DKP NTB Imbau Nelayan Tak Melaut

“Kenapa kurang, karena sudah sejak lama dari 10.000 hektar berkurang menjadi  5.000 hektar dan seterusnya di PT Djarum menjadi 4.000 hektar sudah lama, sehingga jangan dikhawatir dengan hal itu,” imbuhnya.

Baca Juga :  Disbun Bersikukuh Perusahaan Sudah Buka Pembelian Tembakau

Lebih lanjut, Husnul mengaku akan menganalisa berapa ril yang pasti, berapa prediksi dan provitas dihasilkan dalam produksi tembakau, sehingga bisa memastikan 40 atau 45 ribu ton dari hasil panen tersebut. Nantinya dari 12 perusahaan akan dipetakan berapa harus diserap oleh mereka hasil produksi tembakau petani.

Kemudian berapa lagi diminta untuk di serap oleh gudang pembelian lainnya. Kalau tidak tentu kehilangan semuanya menjadi momen persoalan pada pascaproduksi tembakau.  

“Jadi yang perlu kita perbanyak adalah serapan dari pengusaha, agar para petani tidak khawatir dengan tidak banyak terserap tembakau mereka,” katanya. (cr-dev)

Komentar Anda