Tanpa Tambang, Triwulan III-2022 Ekonomi NTB Tumbuh 1,85 Persen

MATARAM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat ekonomi NTB tumbuh 1,59 persen pada triwulan III-2022. Pertumbuhan ekonomi NTB sebesar 1,59 persen pada triwulan III dibandingkan dengan triwulan II-2022. Atau q-to-q. Dari sisi produksi, lapangan usaha industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 45,59 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 6,01 persen.

“Kalau pertumbuhan ekonomi NTB triwulan III-2022 terhadap triwulan III-2021, mengalami pertumbuhan sebesar 7,10 persen,” sebut Statistisi Ahli Madya BPS NTB Dr Arrief Chandra Setiawan, kemarin.

Chandra menjelaskan, dari sisi produksi, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 38,79 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 34,54 persen. Selanjutnya, ekonomi NTB pada Triwulan I sampai dengan III-2022 terhadap Triwulan I sampai dengan III-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 6,93 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 30,85 persen. Sementara dari sisi pengeluaran semua komponen tumbuh. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 39,31 persen.

Baca Juga :  Telur Paling Sering Sumbang Inflasi NTB

“Sementara itu, ekonomi NTB tanpa tambang bijih logam pada Triwulan III-2022, tumbuh 1,85 persen (q-to-q), tumbuh 3,55 persen (y-on-y), dan tumbuh 3,63 persen (c-to-c),” beber Chandra.

Lebih lanjut, Chandra menjelaskan, perekonomian NTB berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan III-2022 mencapai Rp40,50 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp26,07 triliun. Ekonomi NTB Triwulan III-2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,59 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, lapangan usaha industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 45,59 persen.

Pertumbuhan terjadi pada 10 lapangan usaha, sedangkan 7 lapangan usaha lainnya mengalami kontraksi. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah industri pengolahan sebesar 45,59 persen; jasa keuangan dan asuransi sebesar 15,58 persen; dan konstruksi sebesar 11,90 persen. Selanjutnya, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 1,82 persen; pertambangan dan penggalian tumbuh 1,76 persen; dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh 1,68 persen.

Baca Juga :  Pajak Sembako Bikin Harga Bapok Semakin Mahal

Sementara itu, beberapa lapangan usaha lainnya yang terkontraksi, yaitu pengadaan listrik dan gas sebesar 5,14 persen; pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 4,86 persen; dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 4,07 persen. Struktur PDRB NTB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku Triwulan III-2022 tidak menunjukkan perubahan berarti.

“Perekonomian NTB masih didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 21,97 persen,” pungkasnya. (cr-rat)

Komentar Anda