Longsor Terjang Pemukiman Warga Lendang Karang

Longsor Terjang Pemukiman Warga Lendang Karang
TANAH LONGSOR: Akibat hujan deras, tebing yang meskipun telah diberikan talut, longsor, dan material tanah serta bebatuan menimpa sebuah kandang ternak milik warga di Dusun Lendang Karang. (JALAL/RADAR LOMBOK)

SELONG—Pemukiman warga di Dusun Lendang Karang, Desa Kalijaga Timur, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), diterjang bencana  longsor, Kamis (10/11) sore, sekitar pukul 17.00 Wita. Kejadian ini menyebabkan kandang sapi yang dekat dengan pemukiman warga habis tertimbun. Beruntung tidak sampai memakan korban jiwa. Melainkan hanya  seekor sapi yang tertimbun tumpukan material tanah dan bebatuan.

“Kejadian sekitar pukul 17.00 Wita. Saat itu hujan sangat lebat disertai angin kencang dan petir,” kata Husen Ahmad, yang saat kejadian mengaku sedang memperbaiki genteng di bagian depan rumahnya, dan tidak mengetahui jika tebing di atas rumahnya yang telah ditanggul atau tembok dua bulan lalu rubuh, akibat longsor.

Baca Juga :  Swasembada Bawang Putih Lombok Timur Diyakini Tercapai 2019

“Karena suara guntur yang terus menggelegar, sehingga saat kejadian saya tidak tau, dan mengira kalau suara tembok yang jebol dan longsor itu adalah suara guntur,” imbuhnya.

Dia baru mengetahui terjadi longsor setelah diberitahukan oleh tetangganya. Bergegas dia pun ke belakang dan menyaksikan kalau kandang milik orang tuanya telah tertimbun, bersama sapi dan kambing milik orang tuanya. “Kandangnya merupakan kandang permanen, dengan isi sapi sebanyak 12 ekor, dan empat diantaranya milik orang tua saya,” ungkapnya.

Yang menjadi korban adalah sapi milik orang tuanya, dimana dua mengalami luka parah, 1 tertimbun, dan satu luka ringan. Karena ketiga sapi itu menderita luka parah, maka oleh orang tuanya terpaksa dijual dengan harga murah. Kerugian ditaksir mencapai sekitar Rp 100 juta, berupa kandang, ternak dan rumahnya.

Anehnya, musibah longsor ini terjadi justeru setelah tebing itu diberikan tanggul atau ditembok. Sementara pada tebing sebelah yang belum ditembok, justeru tidak longsor. “Kami sudah mengingatkan agar penembokan dilakukan miring, atau model terasiring. Demikian juga pengurukan, agar dilakukan secara bertahap, dan harus disiram. Tetapi tidak diindahkan, dan akhirnya terjadi seperti ini,” ungkapnya.

Sementara Amaq Ihsan, pemilik rumah dan ternak sapi menambahkan, bahwa selain bentuk tembok yang tegak, robohnya tembok disebabkan oleh campuran bahan yang dikatakan tidak sesuai. “Kalau campuran sesuai dan mau mendengar saran dan pendapat kita, maka tidak akan terjadi seperti ini,” katanya seraya menyampaikan, sapinya yang bernilai sekitar Rp 50 juta, karena terluka terpksa dilelang Rp 10 juta saja.

Baca Juga :  2018, Lombok Timur Kembali Bangun 2 Rusunawa

Sementara Jalaluddin, warga lainnya, mengatakan bahwa pemerintah, baik desa maupun daerah harus bertanggung jawab atas terjadinya musibah ini. “Kami berharap pemerintah dapat membantu masyarakat yang terkena musibah, baik mengganti kandangnya yang rusak, rumah maupun menyingkirkan bahan yang menimbun kandang dan rumah korban,” katanya. 

Menurut beberapa warga lainnya, rubuhnya tanggul tebing tersebut lantaran air hujan tidak mampu dibentung oleh pembuangan yang telah dipersiapkan, menggunakan dua pipa ukuran 7 inc. “Air dari atas sangat deras. Sementara pipa tidak bisa menampung air yang ada, sehingga meluap dan menggenang sekitar tanggul. Hingga kemudian menyebabkan longsor,” ujar warga lainnya.

Terpisah, Kades Kalijaga Timur, Abdul Manan, menyatakan bahwa talut yang dibangun sekitar dua bulan itu juga berdasarkan permintaan dari masyarakat. Itu dilakukan sebagai bentuk antisipasi bila terjadi longsor, mengingat kondisi permukaan tanah yang berbentuk tebing, sehingga mengancam pemukiman warga, terutama di saat musim penghujan.

“Karena di setiap tahunnya. Di lokasi itulah air hujan bermuara. Sehingga masyarakat minta kita bangun talut. Akhirnya kita sepakati untuk dibangun talut,” terangnya.

Pengerjaan talut tersebut akunya, semua sudah dilakukan dengan baik. Bahkan sekitar 70 dam truck tanah yang dipakai untuk menimbun lokasi pembuatan talut itu. “Cuma kelemahannya, ketika tanah uruk itu kita taruh tidak disiram pakai air. Makanya ketika hujan datang, aliran air hujan itu langsung diserap. Akhirnya tanah turun, dan talut tidak mampu menahan pergerakan tanah itu,” duganya.

Dia pun mengaku langsung turun ke lokasi untuk melihat kondisinya. Dan yang sangat di syukuri tidak sampai ada warga yang menjadi korban. “Karena kerusakan, makanya kita harus segera tangani,” sebutnya.

Baca Juga :  Kontraktor Taman Rinjani Selong Ancam Tempuh Jalur Hukum

Untuk mencegah kondisi serupa tidak terulang kembali, pihaknya juga telah bersurat ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Talut yang rusak itu akan dibongkar semuanya, kemudian diperbaiki kembali. “Harus dilakukan penanganan segera ini. Kita sudah imbau warga supaya tidak dekat dengan lokasi tempat terjadinya longsor itu,” ujar Manan. (lie/lal)

Komentar Anda