Krisis Kader, Harus Ada Wajah Baru di Pilkada Kota

MATARAM – Sejumlah pakar mulai menyuarakan untuk kondisi demokrasi di Kota Mataram. Warga Kota Mataram sudah merasakan kejenuhan dalam demokrasi yang sudah terlalu lama. Dinasti politik yang sudah lumutan sehingga membuat demokrasi di Kota Mataram menjadi stagnan.

Kalangan akademisi dan pakar mulai menyuarakan, bahwa sudah saatnya ada wajah-wajah baru bakal calon wali kota dan wakil wali kota Mataram. Dari segi petahanan masih banyak kelemahan dan bisa dikalahkan dengan orang baru muncul di Kota Mataram. Beberapa nama sudah mulai muncul seperti ketua DPC Gerindra Abd Rachman, Sekretaris DPRD H Lalu Aria Dharma BS, dan Hj Putu Selly Andayani.

Direktur Lembaga Riset dan Konsultan Kebijakan Publik Policy Plus, Dr Adhar Hakim menyebutkan, untuk kondisi Kota Mataram sudah 25 tahun demokrasinya stagnan alias begitu-begitu saja. Dari segi pembangunan, hanya satu juru masaknya, itu-itu saja menu yang dimunculkan.

Untuk itu, kita sambut baik ketika ada wajah-wajah baru yang muncul dan serius dalam pilkada Kota Mataram. Tidak menutup kemungkinan petahana bisa dikalahkan karena masih banyak masalah di kota ini, papar Adhar Hakim dalam diskusi publik yang digagas Wadah Urung Rembuk Konstalasi Politik (Warung Kopi) Kota Mataram, Rabu (26/6) malam.

Baca Juga :  Takut Beberkan Aliran Dana Korupsi KUR Petani, Lalu Irham : Mati Nanti Saya Bu

Diskusi publik dihadiri oleh para pakar lainya, dari pakar hukum ada Prof Kurniawan, dari pengamat politik Dr Ihsan Hamid, pengamat media Febrian Putra, wartawan politik, Ahmad Hiswadi dan Pimred Tribun Lombok, Sirtupilaili.

Dalam diskusi itu juga dihadiri jurnalis Kota Mataram, yang menyoroti beberapa persoalan yang belum selesai. Dalam program Harum maupun perubahan Kota Mataram kedepanya.

Mantan kepala Ombsuman NTB ini menyebutkan, seharusnya demokrasi di Kota Mataram berjalan dinamis dan tidak stagnan.

Dinamikanya begitu-begitu saja. Jangan sampai muncul keangkuhan politik di Kota Mataram yang dipimpin oleh orang itu saja. Dari segi PAD juga tidak ada perubahan. Hanya Rp 348 miliar, padahal perkembangan kota sangat pesat. Selain itu, masalah parkir juga hanya angka targetkan Rp 11 miliar yang tercapai Rp 9 miliar tahun 2023 lalu. Ini masalahnya Kota Mataram tidak ada yang berani. Dengan diskusi perdana ini menjadi ruang bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya, cetusnya.

Baca Juga :  Dirgahayu ke-30 Kota Mataram, Harmony in Plurality

Dari beberapa pilkada berlangsung di Kota Mataram yang paling sepi dan tidak seperti daerah lain. Karena seolah-olah penguasa tidak terkalahkan. Padahal, masih banyak persoalan di bawah yang tidak pernah dituntaskan.

Sementara itu, Pakar Hukum Universitas Mataram, Prof Kurniawan menyebutkan, selama ini sudah ada muncul wajah baru di Kota Mataram yang dinilai sangat bagus dan harus lebih serius. Bisa jadi orang yang punya uang saja yang maju.

Semestinya ada persaingan untuk bisa meningkatkan demokrasi, katanya.
Dengan kepemimpian yang baru tentunya berdampak ke pelayanan akan lebih bagus. Kita berharap yang tampil orang yang berani adu gagasan, punya ide mengembangkan Kota Mataram. Tidak masalah gagal sekali kenapa seperti Pak Prabowo, sudah gagal berkali-kali tetap muncul dan berhasil, ucapnya.

Prof Kurniawan menilai, Kota Mataram belum punya konsep yang jelas dalam pengembangan. Hanya proyek perbaikan revitalisasi trotoar yang setiap tahun muncul dan sangat disayangkan masih banyak kebutuhan masyarakat dari segi kesejahtraan masyarakat, pengentasan rumah kumuh, kebersihan dan kesehatan. Masih banyak persoalan di bawah, katanya. (dir)

Komentar Anda