Dugaan Penganiayaan Santriwati Naik Penyidikan

PETI JENAZAH: Peti jenazah Nurul Izzati (13), santriwati Ponpes Al-Aziziyah yang diduga menjadi korban penganiayaan sesama santriwati, ketika dimasukkan ke dalam ambulans. (ROSYID/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Kasus dugaan penganiayaan santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aziziyah, Nurul Izzati (13), yang berujung kematian korban, beranjak ke tahap penyidikan. Untuk itu, pihak kepolisian telah melayangkan surat pemanggilan ke sejumlah pihak untuk diambil keterangannya.

“Para pihak yang sebelumnya kami undang untuk memberikan keterangan, akan kami panggil lagi untuk diperiksa sebagai saksi,” kata Kasatreskrim Polresta Mataram, Kompol I Made Yogi Purusa Utama, Senin (1/7).

Pemeriksaan saksi-saksi akan dilakukan secara maraton dalam waktu dekat ini, mulai dari orang tua korban, teman korban, ibu dari teman korban dan sopir travel yang menjemput korban dari Ponpes untuk kemudian dibawa ke rumah orang tua teman korban.

Selain itu, sejumlah tim tenaga kesehatan (Nakes) yang pernah menangani korban saat berobat di Lotim, juga akan dipanggil. “Dari Nakes Poliklinik, Puskesmas akan kami panggil. Termasuk juga dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Raden Soedjono Selong, yang sekaligus menjelaskan hasil visum yang dikeluarkan,” sebutnya.

Tidak hanya itu, internal Ponpes Al-Aziziyah juga tidak terlepas dari pemanggilan nantinya. “Setelah itu (pemeriksaan saksi lainnya), pihak Ponpes,” ungkapnya.

Baca Juga :  Kemenpan RB Umumkan Formasi CASN 14 Maret 2024

Dikatakan, salah satu bukti yang menjadi dasar pihaknya menaikkan status tersebut ke tahap penyidikan, yaitu hasil visum yang telah dikantongi dari Poliklinik dan Puskesmas di Lotim. Hasil visum korban enggan dibocorkan, tapi pihaknya memastikan telah menemukan adanya indikasi perbuatan melawan hukum (PMH) atas dugaan penganiayaan yang dilaporkan keluarga korban.

Mengenai hasil autopsi korban, Yogi menyebut belum menerimanya secara resmi dari Rumah Sakit Bhayangkara. “Masih kami tunggu hasil autopsi itu akan menjadi bukti dan kelengkapan berkas perkara,” ujarnya.

Santriwati Nurul Izzati, kelas 7, asal Desa Rukun Lima, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), diketahui meninggalkan dunia Sabtu pagi (29/6), di RSUD dr Raden Soedjono Selong, usai koma beberapa hari.

Orang tua korban melaporkan ke Satreskrim Polresta Mataram, Sabtu (22/6) lalu. Dalam laporannya, korban mendapat kekerasan dari sejumlah orang di Ponpes Al-Aziziyah yang mengakibatkan korban mengalami pembengkakan pada mata sebelah kiri, dan benjolan pada kepalanya.

Baca Juga :  Dikunjungi Jokowi, Inak Suinah: Seperti Khayalan dan Mimpi

Ibu korban saat dijumpai di RS Bhayangkara, Raodah menuturkan, sebelum anak tunggalnya itu koma, sempat menyampaikan ke pihak keluarga bahwa dirinya telah dipukul. “Awalnya kami berpikir mungkin masalah lambung, tapi lambungnya oke. Tapi kalau dipukul kami baru tahu, Minggu (23/6), ketika bapaknya kasih tau kalau dia dipukul tiga orang,” cerita Raudah seraya menyayangkan anaknya tidak sempat memberitahu siapa yang memukul.

Pihak keluarga mengetahui korban sakit ketika mendapatkan kabar dari anak sepupunya yang juga mengenyam pendidikan di Ponpes Al-Aziziyah. Bahwa Nurul Izzati sedang sakit. “Akhirnya, besoknya saya WhatsApp penjaga asrama, dia (penjaga asrama) mengatakan (Nurul Izzati) baik-baik saja. Tidak bilang lagi sakit,” katanya.

Termasuk soal benjolan atau sejenis jerawat yang sedang dialami korban Penjaga asrama tidak memberitahunya. Ia hanya diberitahukan jika anaknya sedang sakit dan sudah dibawa berobat ke klinik. “Cuma itu saja, tidak dijelaskan sakitnya kenapa,” ujarnya. (sid)

Komentar Anda