MATARAM – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) NTB terus berupaya menekan kenaikan harga beras yang masih tinggi di pasaran. Untuk memastikan harga beras stabil dan masyarakat bisa mengakses pembelian beras harga murah, TPID NTB bersama Perum Bulog NTB memperbanyak titik pelaksanaan pasar murah SPHP. Dengan demikian, penjualan beras SPHP untuk pasar murah tidak hanya di satu titik, tapi tersebar di banyak titik, sehingga tidak menimbulkan penumpukan masyarakat membeli.
“Pasar murah beras SPHP TPID bersama Bulog akan memperbanyak titik, sehingga tidak terjadi penumpukan masyarakat yang membeli,” kata Penjabat Gubernur NTB HL Gita Ariadi saat rapat TPID NTB di Aula Serbaguna Bank Indonesia NTB, Jumat (1/3).
Lalu Gita mengatakan pelaksanaan pasar murah beras di banyak titik ini sebagai upaya untuk menekan lonjakan inflasi karena beras. Begitu juga dengan ketersedian tetap terjaga. Dengan melalukan operasi pasar dan menambah stok untuk menenuhi kebutuhan dalam daerah.
“Kita akan tetap melakukan pasar murah beras di banyak titik guna memastikan harga stabil dan stok aman menjelang hari besar keagamaan, seperti Nyepi dan puasa Ramadan,” kata Lalu Gita.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI NTB Berry Arifsyah Harahap menerangkan pada puasa Ramadan hingga lebaran Idul Fitri sudah memasuki musim panen, terutama beras. Meskipun yang sekarang jadi persoalan adalah naiknya harga beras. Namun ditegaskan harga beras akan berangsur-angsur stabil. Maret sudah mulai memasuki masa panen, meskipun belum panen raya.
“Kita akan masuk masa panen raya padi. Masalah naiknya harga beras akan terurai, sehingga April akan kembali normal April mendatang,” kata Berry.
Selain menggencarkan pasar murah beras bersama Bulog dan OPD terkait lainnya, kata Berry, pada pelaksanaan bazar juga ada pilihan menggunakan cabai kering ketika kondisi cabai segar tengah tinggi. Karena harga cabai kering relatif stabil dan terjangkau dibanding cabai segar yang tengah mahal. Bahkan ketahanannya cukup lama. Jadi itu salah satu upaya untuk mengubah prefensi masyarakat supaya bisa menggunakan produk produk yang lebih tahan lama.
Berry menyebutkan secara nasional di lebaran Idul Fitri 2024 ini akan lebih baik inflasinya terkendali. Begitu dengan di NTB, inflasi akan lebih baik dari periode-periode sebelumnya, karena musim panen raya dan ketersediaan pasokan lebih baik.
“Mudah-mudahan inflasi pangan bisa tekan di sekitar angka 3 persen. Tetapi secara keseluruhan di bawah 3 persen dan mudah-mudahan bisa mendekati 2,5 persen,” tutupnya. (luk)