Sekolah Sasaran Empuk Penyebaran Paham Radikal

DISKUSI: FKUB NTB menggelar diskusi dengan pimpinan lembaga pendidikan terkait antisipasi penyebaran paham radikal (Yan/Radar Lombok)

MATARAM–Paham radikali yang menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan sedang marak dan menimbulkan kekhawatiran  di masyarakat. Bahkan, lembaga pendidikan seperti sekolah dibuat resah dengan penyebaran paham ini.

"Kita harus waspada, bahwa sekolah maupun madrasah, kini menjadi fokus sasaran penyebaran paham radikal maupun paham menyimpang lainnya," kata Ketua Forumn Kerukunan Umat Beragama (FKUB) NTB, Drs Syahdan Ilyas, dalam diskusi mencegah masuk penyebaran paham radikal di lembaga pendidikan di NTB, Kamis kemarin (8/9).

Hadir sebagai narasumber di kegiatan itu yakni, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) NTB, Muhammad Suruji, Ketua Dewan Pendidikan NTB, Syamsuddin Anwar, Kabid Mapenda Kemenag NTB, Jaelani Ibrahim.

Menurutnya, fakta tidak terbantahkan terkait keberadaan faham radikal ini yakni, banyak kaum intelektual maupun kaum terpelajar yang terjerat dalam paham itu. Karena itu, dunia pendidikan Indonesia berbenah diri dengan menciptakan cara untuk mengantisipasinya.

Baca Juga :  Bakesbangpoldagri Monitor Ormas Paham Radikal

"Sekarang ini ISIS banyak merekrut remaja kategori pelajar dan dibina sebagai kader. Tentu hal ini tidak kita inginkan terjadi di NTB," ucap mantan anggota DPD RI dapil NTB itu.

Kepala Dikpora NTB, Muhammad Suruji mengungkapkan, guru, orangtua, dan komite sekolah harus aktif berinteraksi, berkomunikasi dan mengawasi peserta didik. Tujuannya untuk mengetahui dan mengenali sejak dini kemungkinan adanya bibit pemikiran menyimpang yang ada pada peserta didik.

"Itu diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2015 terkait antisipasi dini gejala-gejala penyimpangan di sekolah," ucap mantan kepala BKD NTB itu.

Baca Juga :  Kampus Unram Dipastikan Bebas Kelompok Radikal

Dikatakan, penyimpangan dimaksudkan tidak hanya soal paham radikalisme. Namun juga penyalahgunaan narkoba dan pornografi. Meski diakui, tak ada kurikulum yang mengatur tentang kemungkinan penyebaran paham radikal maupun paham berbahaya lainnya. Meski begitu, dalam kurikulum 2013 sudah diantisipasi dengan menambah mata pelajaran agama, serta kegiataan keagamaan.

Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan NTB, Syamsuddin Anwar menilai, dunia pendidikan tak hanya fokus pada persoalan teror saja. Namun banyak hal. Solusi tepat menghindari paham radikal yakni dengan melakukan deteksi dini dan membuat panduan untuk pihak sekolah dan orangtua adalah hal tepat untuk disampaikan kepada anak-anak. Terlebih, usia remaja atau pemuda tergolong sangat labil, sangat mudah terpengaruh dengan berbagai paham atau pemikiran diterimannya. (yan)

Komentar Anda