Pemeriksaan Suhu Tubuh di Hari Pertama Amburadul

ANTRIAN PANJANG : Antrian panjang saat pemeriksaan suhu tubuh di pintu masuk Kota Mataram.(Ali/Radar Lombok)
ANTRIAN PANJANG : Antrian panjang saat pemeriksaan suhu tubuh di pintu masuk Kota Mataram.(Ali/Radar Lombok)

MATARAM—Pemeriksaan suhu tubuh warga yang datang di tujuh pintu masuk Kota Mataram berjalan amburadul. Pasalnya terjadi antrian panjang dan mengular terjadi di tujuh pintu masuk Kota Mataram yang disiapkan petugas. Antrian panjang ini karena beberapa penyebab. Antara lain, petugas dan alat pengukur suhu tubuh (thermo gun). Gugus tugas penanganan covid 19 Kota Mataram mengakui, pemeriksaan suhu tubuh dihari pertama masih penuh kekurangan. ‘’ Iya memang benar. Karena ini petugas dan peralatan yang kita miliki terbatas,’’ ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Mataram, I Nyoman Suandiasa di Mataram, jumat (3/4).
Karena masih banyak kekurangan. Pemerintah sedang menyiapkan evaluasi tentang pelaksanaan pemeriksaan ditujuh pintu masuk Kota Mataram. ‘’ Dalam manajemen moderen selalu ada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kalau memang dirasa seperti itu keadaannya. Saya yakin pimpinan pasti akan mengambil langkah-langkah anisipatif,’’ katanya.
Kekurangan thermo gun juga sedang diupayakan untuk diatasi. Gugus tugas covid 19 sudah berdiskusi tentang kendala itu. Oleh karenanya segera dilakukan perkuatan. ‘’ Sarpras dan personelnya segera untuk ditambah. Ini memang kita kekurangan personel juga,’’ ungkapnya.
Sedangkan Sekretaris Dinas (Sekdis) Kesehatan Kota Mataram, dr Dian Rahmi juga mengakui pelaksanaan pemeriksaan masih banyak kendala. Ia pun sudah melaporkannya ke Sekda Kota Mataram. Thermo gun saat ini sangat terbatas. Sedangkan di lapangan, dikes harus tetap melaksanakan tracking. Untuk itu, hanya satu thermo gun yang disiapkan dimasing-masing posko. ‘’ Cuma sekarang kita mau evaluasi dengan kadis perhubungan juga bagaimana selanjutnya,’’ katanya.
Beberapa opsi sedang dikaji. Diantaranya pengurangan jumlah posko. Karena thermo gun sudah dipesan tapi belum datang. Pengadaannya juga rebutan dengan seluruh daerah di Indonesia. ‘’ Kami pesennya sudah alam melalui penydia barang. Alat kesehatan (alkes) harus jelas tempat belinya harus berijin. Kita tidak bisa sembarangan lewat online. Karena ini menggunakan biaya tak terduga dan anggaran daerah. Online sfatnya pribadi,’’ ungkapnya.
Belum lagi dengan kurangnya personel. Masing-masing posko disiapkan dua orang personel dikes. Mereka berjaga secara bergantian. ‘’ Tapi dengan satu alat itu tadi dari masing-masing puskesmas. Petugasnya bisa kita tempatkan lebih. Alatnya ini yang tidak ada,’’ terangnya.
Karena Mataram zona merah karena ada warganya yang positif corona. Tracking dan pemeriksaan disebutnya harus kuat. Sementara pelaksanaan pemeriksaan cukup amburadul. Disebabkan terjadinya penumpukan. Seperti pemeriksaan di posko Jalan Lingkar Gerbang Tembolak. Terjadi antrean panjang dan didominasi oleh pengedara sepeda motor. Prosedur social distancing pun tidak dilaksanakan karena pengendara yang berdekatan. ‘’ Itu yang jadi masalah baru. Sudah saya sampaikan untuk dievaluasi. Tapi ini leading sektornya di dishub. Kalau kami kan membantu skrining pengukuran suhu tubuh,’’ jelasnya.
Untuk itu, Dian mengusulkan untuk mekanisme pemeriksaan di posko bisa digantu. Ia mengusulkan agar dilakukan penyemprotan disinfektan saja terhadap warga yang memasuki Kota Mataram. ‘’ Karena orang itu kepanasan kalau lama di atas motor. Kalau diukur suhu tubuhnya ya pasti naik. Memang ya kurang efektif. Ini yang belum ada solusi. Bisa mungkin disemprot anti septika atu disinfektan. Setidaknya bisa meminimalisir penularan,’’ pungkasnya.
Jalannya pemeriksaan suhu tubuh dihari pertama berjalan cukup beragam. Terpantau di posko di Bintaro Ampenan. Ada warga yang balik arah saat akan diperiksa petugas. Namun petugas berhasil meminta untuk kembali dan dilakukan pemeriksaan. Setelah diperiksa, wanita yang dibonceng dari Sandik itu subu tubuhnya 38 derajat. Dengan suhu tubuh yang tinggi. Banyak warga yang antri memilih untuk mundur. Petugas kemudian menyarankan untuk dibawa ke Puskesmas Meninting.
Kemudian ada satu lagi pengendara yang mengaku lagi sakit. Laki-laki itu mengaku akan berobat ke rumah sakit Bhayangkara. Ia juga mengaku pernah kontak langsung dengan salah satu penderita corona dari Kekalik Jaya. Sontak saja pengakuannya membuat petugas kaget. Petugas langsung mengarahkannya ke rumah sakit.(gal)

Komentar Anda