SELONG—Meski sekarang sudah memasuki zaman teknologi, namun masih banyak yang masyarakat yang hingga kini belum menikmati aliran listrik, terutama masyarakat yang berada di pinggiran atau pelosok.
Padahal jika dilihat dari kemajuan zaman yang semakin maju, sudah seharusnya masyarakat bisa menikmati aliran listrik tanpa harus menggunakan lampu yang bahan bakarnya dari minyak, yang saat ini masih banyak terjadi di wilayah Desa Sekaroh.
“Kita juga bingung, sampai sekarang masyarakat selatan seperti di Desa Sekaroh, terutama yang berada di dusun terpencil ternyata belum dapat menikmati listrik. Padahal Desa Sekaroh merupakan kawasan wisata,” ungkap salah satu warga setempat, Amaq Idi, kepada Radar Lombok, Jumat (12/16).
Disampaikan, masyarakat Sekaroh sebelumnya pernah mendapat bantuan dari pemerintah berupa listrik yang berasal dari tenaga surya. Namun dari jumlah bantuan yang diberikan hanya beberapa Kepala keluraga saja yang mendapatkannya. Sehingga belum bisa membuat semua masyarakat dapat menikmati aliran listrik.
Yang namanya tenaga surya, tidak sama dengan aliran listrik yang selayaknya seperti listrik yang berasal dari PLN, yang bisa di gunakan sampai kapanpun, meski harus membayar. ”Kalau tenaga surya ini kan terbatas. Apalagi saat ini musim hujan. Masyarakat tidak akan bisa menggunakan listrik dengan puas,” jelasnya.
Selain itu sambungnya, listrik merupakan kebutuhan yang sangat menentukan kemajuan suatu daerah. Apalagi saat ini Desa Sekaroh merupakan desa yang sudah mulai dikembangkan, namun hingga kini masih banyak yang menikmati listrik.
“Coba saja lihat ke wilayah Pantai Pink, dan Pantai Temeak, masih banyak masyarakat yang belum menikmati listrik. Padahal disana daerah yang sedang dikembangkan. Seharusnya daerah-daerah seperti ini yang harus diperhatikan,” tegasnya.
Sementara Sekretaris Desa (Sekdes) Sekaroh, Mastur mengakui kalau masih banyak masyarakatnya yang belum memiliki listrik. “Jadi sebenanya masyarakat yang belum menikmati listrik ini sebagaian besar berada di kawasan hutan. Sudah saya ajukan, namun kita ditolak, karena berada di hutan lindung,” akunya.
Namun tidak bisa dipungkiri, masyarakat yang berada di luar kawasan hutan lindung juga masih banyak yang belum menikmati listrik, seperti Dusun Ujung Ketangge, Dusun Telone, dan daerah yang berada di kawasan wisata seperti Temeak.
Disampaikan, tahun 2016 ini pemerintah pernah memberikan PLTS ke masyarakat sekitar 120 unit, yang dibagi untuk masyarakat. Namun dari 120 unit ini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan. Sehingga untuk bisa menikmati listrik, satu unit PLTS dialirkan ke rumah masing-masing masyarakat yang belum dapat.
“Karena tidak sesuai kekuatan PLTS yang diberikan dengan jumlah pengguna, membut unit PLTS yang diberikan cepat rusak. Sehingga mau tidak mau masyarakat harus kembali memakai lampu minyak,” ujarnya.
Mastur mengaku kalau pihaknya pernah mengajukan ke pemerintah agar pada tahun 2017 lampu-lampu untuk daerah selatan sudah bisa dipasang. ”Harapan saya, semoga tiang-tiang yang sudah di pasang ini segera dipasangkan kabel, sehingga masyarakat bisa menikmati listrik,” harapnya.
Sementara Kasi Pengawasan dan Pengendalian Energi Lotim, Muhammad Yani mengatakan sejauh ini pihaknya belum mengetahui berapa jumlah KK yang belum dapat menikmati listrik di Lotim. “Kalau kita lihat semua masyarakat sudah menikmati listrik, namun yang belum memiliki listrik ini bukan berarti tidak ada aliran, tetapi mereka tidak memiliki kilometer,” kelitnya.
Kalau pun ada masyarakat yang hingga kini belum menikmati aliran listrik, maka itu adalah masyarakat yang rumahnya di tengah hutan, yang tidak terjangkau aliran listrik.
Namun sebagai penggantinya lanjutnya, pemerintah telah memberikan kepada masyarakat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat yang bisa di alirkan ke masing masing rumah. Hanya saja, jumlah unit PLTS ini memang tidak sebanding dengan banyaknya masyarakat yang membutuhkan.
“Kalau dilhat pada tahun 2016 ini, tidak begitu banyak masyarakat yang belum memiliki. Hanya beberapa orang saja yang masih belum menikmati aliran listrik,” yakinnya. (cr-wan)