Mahasiswa IAIH Minta Oknum Dosen Pelaku Pelecehan Dipecat

DEMO: Puluhan mahasiswa IAIH NW Pancor melakukan orasi di depan kampusnya meminta agar oknum dosen pelaku pelecehan mahasiswi dipecat dan fasilitas kampus dilengkapi. (Janwari Irwan/radarlombok.co.id)

SELONG-Puluhan mahasiswa Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) NW Pancor melakukan aksi meminta kepada pihak kampus agar memecat oknum dosen yang diduga sudah melakukan pelecehan kepada salah satu mahasiswi.

Koordinator lapangan aksi Abdul Qadir Jaelani mengatakan, banyak sekali permasalahan yang bahkan sudah terjadi dalam kampus. Bahkan ketika mahasiswa menyuarakannya selalu dipojokkan dan diancam. Seperti pada saat menyuarakan adanya oknum dosen yang melakukan pelecehan seksual. “Pelecehan seksual dilakukan oleh salah seorang oknum dosen inisial H kepada salah seorang mahasiswi PGMI yang sudah terjadi pertengahan Oktober yang lalu. Beberapa mahasiswa yang melaporkan kejadian ini ke BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) IAIH NW Pancor disalahkan dan dianggap melangkahi aturan oleh lembaga,”katanya Senin (7/12/2020).

Menurut dia, ketika BEM menuntut oknum dosen dikeluarkan oleh lembaga,namun hanya di-nonjob-kan selama satu tahun atau dua semester dan itupun terhitung dari semester ini. Seharusnya, oknum dosen seperti ini tidak pantas lagi dipertahankan menjadi dosen lagi.

Selain menyuarakan soal adanya dugaan pelecehan terhadap mahasiswi ini, Jaelani juga menyoroti kebijakan oknum dosen yang mengancam memberikan sanksi bagi mahasiswa yang tidak membawa laptop. Padahal mahasiswa sudah masuk kelas dan siap mengikuti perkuliahan. Seharusnya menyangkut fasilitas adalah tugas lembaga untuk melengkapinya. “Lebih miris lagi di fakultas dakwah, mereka (mahasiswa) terkadang tidak kebagian kelas sehingga mengharuskan mereka untuk belajar di luar,”sesalnya.

Menurutnya, jika melihat besaran biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa, seharusnya fasilitas seperti perpusatkaan dan laboratorium komputer harus lebih baik. Akan tetapi faktanya, fasilitas seperti komputer tidak ada. “ Setiap semester kita mengeluarkan Rp 50 ribu untuk komputer, tetapi yang menjadi pertanyaan kita, dimana lab komputer itu?, “katanya.

Agar permasalahan ini jelas katanya, mahasiswa sudah meminta untuk melakukan audiensi dengan pihak kampus. Namun apa yang diterima, setelah melayangkan surat baik secara online ataupun offline, pihak pimpinan tidak ada respon sama sekali.

Sementara itu, pihak kampus yang hendak dikonfirmasi di kantor rektorat tidak ada di tempat. Menurut salah satu penjaga yang ada, pihak kampus sedang libur. “ Hari ini sedang libur, makanya tidak ada orang di kampus,”kata salah satu petugas keamanan yang tengah melakukan penjagaan.(wan)

Komentar Anda