Koalisi Poros Tengah Dinilai Masih Rapuh

RAPUH: Silaturahmi dan pertemuan 5 petinggi parpol bersepakat membentuk koalisi poros tengah beberapa waktu lalu di DPW PPP NTB dianggap rapuh (Yan/Radar Lombok)

MATARAM—Pengamat politik NTB, Agus MSi menilai, koalisi lima partai politik (parpol) tergabung dalam koalisi poros tengah relatif dinilai sangat rapuh dan rentan mengalami perpecahan di tengah jalan.

“Koalisi poros tengah ini akan diuji solid atau tidak ketika mencari kandidat mau didukung dan diusung,” katanya, kepada Radar Lombok, Jumat kemarin (17/3).

Ia berpandangan, dengan lima parpol tergabung dalam koalisi poros tengah itu relatif akan membuat kemungkinan sulit di antara anggota koalisi untuk mencari konsensus atau kesepakatan kandidat akan didukung dan diusung dalam Pilkada NTB. Masing-masing parpol pasti memiliki persyaratan maupun kepentingan terhadap kandidat mau didukung dan diusung. Prsaktis, relatif dengan banyak parpol tergabung dalam koalisi poros tengah bakal sulit menemukan kesepakatan.

[postingan number=3 tag=”politik”]

Ia menduga akan terjadi perdebatan panjang dan sengit di antara parpol anggota koalisi dalam memutuskan figur atau tokoh bakal dijagokan di Pilkada NTB. “Karena banyak parpol bergabung, maka punya pula kepentingan menyertainya. Sehingga rentan pecah kongsi,” ucap anggota komisioner KPU Provinsi NTB itu.

Baca Juga :  Nasdem dan PAN Serius Jajaki Koalisi

Kendati demikian, ia menilai, sebuah langkah maju dalam upaya komunikasi politik dan penjajakan di antara parpol dengan terbentuk koalisi poros tengah tersebut. Dengan terbentuk koalisi poros tengah, kata Agus, akan meningkatkan posisi tawar atau nilai jual bagi parpol tergabung dihadapan bakal calon gubernur/bakal calon wakil gubernur mau berkompetisi dan bertarung.

Ia pun menilai, keberadaan koalisi poros tengah akan memberikan peluang dan keuntungan bagi kandidat berasal dari non partai politik untuk memperoleh kendaraan melaju di Pilkada NTB. Menurutnya, bisa saja parpol tergabung dalam koalisi poros tengah memberikan peluang dan kesempatan bagi kandidat non parpol sebagai calon kepala daerah alternatif didukung dan diusung.

“Bisa saja nanti karena sulit menemukan kesepakatan kader parpol diusung. Akhirnya, mereka bersepakat mengusung  kader diluar parpol,” imbuhnya.

Meskipun, hal itu tidak terlepas dari tingkat elektibilitas, popularitas, kesukaan publik, kans atau peluang menang, kekuatan finansial dan berbagai pertimbangan lainnya. Namun paling penting sejauhmana kemampuan kandidat tersebut menyakinkan pengurus DPP anggota parpol koalisi untuk didukung dan diusung.

Baca Juga :  Usia Dewasa Penampilan Muda

DPP parpol tersebut akan memutuskan dan menetapkan bakal calon kepala daerah diusung. “Politik pilkada NTB relatif masih sangat cair dan terus dinamis,” tandasnya.

Senada, pengamat politik lainnya, Dr. Kadri mengatakan, solid atau tidak parpol tergabung dalam koalisi poros tengah bakal sangat ditentukan sejauhmana kepentingan masing-masing parpol terakomodir. Andai kepentingan parpol tergabung dalam koalisi tidak terpenuhi atau terakomodir. Maka koalisi terbangun akan bubar dengan sendirinya. Namun sebaliknya, andai kepentingan parpol terpenuhi maka koalisi akan solid.

“Politik itu sejatinya kepentingan dan konsensus,” ungkapnya.

Selain itu, keberadaan koalisi poros tengah ingin meningkatkan posisi tawar bagi parpol tergabung dalam anggota koalisi dihadapan bakal calon gubernur/bakal calon wakil gubernur. Dengan koalisi sudah terbangun lebih memudahkan parpol dalam membangun komunikasi politik dengan bakal calon.

“Koalisi ini bisa menjadi magnet bagi calon mau maju,” pungkasnya.(yan)

Komentar Anda