Ini Lokasi Salat Idul Fitri Jumat 21 April 2023 di Mataram

Falahuddin (IST/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1444 Hijriah, jatuh pada hari Jumat, tanggal 21 April 2023. Hal tersebut diakui Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) NTB, Falahuddin.

“Muhammadiyah rayakan Idul Fitri pada hari Jumat, tanggal 21 April 2023. Jadi semua akan lebaran pada 1 Syawal, pada hari Jumat,” akunya saat dikonfirmasi Radar Lombok, Senin kemarin (17/4).

Falahuddin menyebutkan, untuk lokasi pelaksanaan salat Idul Fitri, khususnya di Kota Mataram, akan dibagi menjadi tiga lokasi. Yakni di halaman kampus Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), kemudian di Lapangan Masjid Darul Arqam Batu Ringgit Sekarbela, dan di Jalan Anyelir Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Mataram.

“Kalau di Kota Mataram khususnya, akan dipusatkan di tiga titik, yaitu di kampus Muhammadiyah Mataram, Darul Arqam Batu Ringgit dan Jalan Anyelir. Kemudian terpencar di Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur,” sebutnya.

Falahuddin juga menjelaskan, Muhammadiyah dalam penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah, menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal. “Jadi kita di Muhammadiyah itu tidak menggunakan rukyah, dalam arti melihat dengan mata kepala atau dengan bantuan teropong. Tapi menggunakan hisab hakiki wujudul hilal atau dalam bahasa kita menggunakan astronomi,” jelasnya.

Disinggung soal Muhammadiyah yang terlebih dahulu menetapkan 1 Syawal pada hari Jumat tanggal 21 April 2023. Sementara pemerintah hingga saat ini belum menetapkan. Menurut Falahuddin, hal itu tidak menjadi soal. Apalagi pelaksanaan salat Idul Fitri ini merupakan ibadah tahunan. Bahkan ibadah yang dilaksanakan setiap hari saja terjadi perbedaan.

Baca Juga :  Renovasi Kantor Gubernur Tak Beratkan APBD

“Jadi sesungguhnya hal ini sudah menjadi hal yang biasa. Karena itu, kalau pemerintah menggunakan rukyah dalam arti melihat dengan mata kepala, tidak apa-apa juga. Dan kami menggunakan hisab tidak apa-apa juga. Yang penting adalah bagaimana kita menjaga koherensi sosial, kebersamaan kita dan tolerasi,” katanya.

Falahuddin juga mengimbau, khususnya bagi jamaah Muhammadiyah yang ada di Kota Mataram yang akan melaksanakan salat Idul Fitri, dipersilakan memilih di tiga lokasi tempat pelaksanaan salat Idul Fitri tersebut. Begitu juga bagi jamaah Muhammadiyah yang diluar Kota Mataram, dapat melaksanakan salat Idul Fitri sesuai lokasi yang telah ditetapkan.

“Dan bagi seluruh umat Islam semuanya, marilah kita berlebaran dengan penuh toleransi. Yang mau lebaran pada hari Sabtu mengikuti pemerintah, kita persilakan. Tapi yang mau memilih mengikuti Muhammadiyah, nanti kami siapkan lokasi khusus di Kota Mataram ada tiga lokasi yang sudah kita tetapkan,” ujarnya.

Disamping itu, ia mengajak semua umat Islam agar menjadikan hari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1444 H ini sebagai momentum untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Sehingga kehidupan penuh dengan kedamaian, tolerasi, dan saling menghargai perbedaan.

“Karena perbedaan pendapat itu tidak bisa kita hindari. Ibadah-ibadah harian juga kadang kita berbeda, apalagi ini ibadah tahunan, ini juga bagian dari perbedaan yang merupakan keniscayaan yang tidak bisa kita hindari,” tandasnya.

Baca Juga :  Hakim Tolak Praperadilan Mantan Kadis ESDM NTB Tersangka Kasus Pasir Besi

Sementara Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) NTB, H. Zamroni Aziz yang dikonfirmasi terkait kapan pelaksanaan pemantuan hilal atau sidang isbat oleh pemerintah, untuk menentukan  1 Syawal 1444 H. Hingga berita ini ditayangkan, belum dapat memberikan penjelasan. Meski sudah berulang kali dihubungi.

Artinya, pemerintah hingga kini belum mengumumkan secara resmi Hari Raya Idul Fitri 2023, karena biasanya menunggu dilakukan sidang isbat.

Jika dihitung berdasarkan penetapan 1 Ramadan 1444 Hijriah yang jatuh pada 23 Maret 2023, maka Idul Fitri diperkirakan jatuh pada tanggal 22-23 April 2023 mendatang. Namun itu hanya perkiraan saja. Karena penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah perlu ditetapkan dengan berbagai metode. Dimana ada dua metode yang umum digunakan, yakni metode hisab dan rukyat.

Biasanya Pemerintah RI melalui Kementerian Agama (Kemenag) menggunakan gabungan antara metode hisab dan rukyat, dengan mengacu pada kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yang kemudian ditetapkan melalui sidang isbat. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, penentuan kapan Lebaran Idul Fitri berdasarkan pada hasil sidang isbat, yang biasa digelar menjelang Syawal atau tepatnya pada 29 Ramadan.

Sidang Isbat akan diawali dengan pantauan posisi hilal dari sejumlah titik di seluruh wilayah Indonesia. Tahun ini, Pemerintah telah menetapkan 123 titik pantau hilal di berbagai wilayah, mulai dari Aceh hingga Papua. (sal)

Komentar Anda