Huntara Pengganti untuk Korban Puting Beliung Belum Jelas

Puting Beliung
Kondisi warga Dusun Karang Bedil, Desa Gondang, Kecamatan Gangga, KLU dan huntara mereka yang hancur akibat puting beliung pekan lalu. (HERY MAHARDIKA/RADAR LOMBOK)

TANJUNG — Pekan lalu, puluhan hunian sementara (huntara) milik warga Dusun Karang Bedil, Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara (KLU) hancur disapu puting beliung. Hal itu menyebabkan 72 Kepala Keluarga (KK) terpaksa harus mengungsi ke pekarangan tetangganya. Belum jelas apakah ada atau tidak huntara pengganti bagi mereka. “Saya belum berani pastikan karena harus koordinasi dengan pak Kepala dan BPBD Provinsi. Kita lihat ketersediaan anggaran,” ungkap Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KLU, Evi Winarni, Minggu (27/1).

Menurutnya, huntara warga yang hancur itu merupakan sumbangan salah satu NGO. Ketika sekarang sudah hancur, maka pemerintah idealnya mau tidak mau harus membangunkan hunian bagi warganya. Hanya saja, dalam hal ini mesti disepakati dahulu apakah pembangunan ditangani oleh daerah atau pihak provinsi. “Ini yang belum kita bicarakan siapa berbuat apa. Yang jelas hari Jumat kemarin provinsi turun memberikan bantuan,” katanya.

Baca Juga :  Gempa, Pasien RSUD Lombok Utara Berhamburan Keluar

BACA JUGA: Cuaca Buruk Diprediksi Masih akan Berlangsung di Wilayah NTB

BPBD KLU sudah berupaya membantu. Saat kejadian Selasa (22/1) malam, tim sudah berada di lokasi. Rabu (23/1) pagi, BPBD, Sat Pol PP, dan Dinas Sosial telah memberikan bantuan logistik. Tenda sementara juga sudah diberikan. Artinya, lanjut Evi, kewenangan BPBD maupun instansi yang lain sudah dijalankan. “Karena malam itu tidak hanya di sana (Desa Gondang) yang terdampak, tapi di Jambianom bahkan Puskesmas Pemenang air sempat naik. Kami sudah jalankan sesuai SOP,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD KLU, Ardianto mengatakan, untuk sementara waktu, warga Gondang yang terdampak memang bisa diberikan tenda. Namun konsekuensinya pemerintah harus memprioritaskan soal hunian tetap (huntap) mereka.  “Sekarang kita sudah tidak bicara tenda, tapi kita bicara huntap. Karena huntara yang dibangun NGO ini kena musibah ya tentu pemda harus ambil peran. Harus diukur berapa lama tinggal di tenda, dan berapa lama dapat huntap,” tegasnya.

Baca Juga :  Gempa Bumi Lebih Dahsyat Porak-Porandakan Lombok

Ardianto menilai, tenda bukan lagi bersifat sementara tetapi sangat sementara. Sebab huntara warga yang notabene dibangun berbahan baja ringan bisa diterbangkan angin, apalagi dengan tenda yang diberikan. Maka dari itu, pihaknya berharap supaya pemerintah bisa memberikan kelonggaran dan kemudahan bagi warga untuk segera merealisasikan huntap melalui dana stimulan yang dijanjikan pusat.

BACA JUGA: Waspadai Ancaman Bencana Akibat Cuaca Buruk

Jika saja huntap ini dipermudah prosesnya oleh pemerintah, tidak terlalu berbelit-belit, mungkin warga sudah punya huntap.

Namun apabila memang mau dibangunkan huntara, itu bisa. “Bicara anggaran pemda pasti ada cara, toh kemarin ada anggaran tapi tidak dipakai,” pungkasnya. (flo)

Komentar Anda