Harga Cabai Anjlok, Petani Didorong Buat Olahan

Ilustrasi Harga Cabai
Ilustrasi Cabai

MATARAM–Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat realisasi tanam cabai rawit dari Januari  hingga Maret seluas 1.505 hektar, dengan produksi sebanyak 277.044 kwintal.

Produksi cabai yang melimpah di Juli 2017 ini berdampak terhadap harga jual yang muah di tingkat petani. Hal tersebut, terjadi karena produksi yang melimpah secara nasional, sementara permintaan berkurang.

Terkait hal tersebut, Kepala Distanbun Provinsi NTB, Husnul Fauzi mendorong para petani cabai untuk menjual obral cabai yang mereka tanam tersebut. Melainkan, sebaikya, cabai yang sudah dipanen tersebut diolah menjadi berbagai bahan olahan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

“Jangan hanya berpikir hanya cabe segar yang enak untuk dikonsumsi melainkan cabe yang sudah diolah malah lebih awet atau tahan lama untuk disimpan dan harganyapun terjangkau di semua lini,” katas Husnul Fauzi, Senin kemarin (17/7).

Dikatakannya, pengolahan cabai paska panen menjadi sangat penting dilakukan. Terlebih lagi,ketika harga cabai anjlok murah disebabkan produksi yang melimpah. Selain teknologi budidaya, yang tidak kalah pentingnya adalah teknologi pasca panen, agar produk pertanian dapat ditangani dengan baik dan menghasilkan seperti yang diharapkan. Bagaimana memperlakukan produk saat panen dan setelah panen menentukan kualitas dan hasil produk yang dihasilkan.

Baca Juga :  Kadinsos Persoalkan Addendum Paket Sandang Pangan

Selama ini, lanjut Husnul, petani kehilangan banyak hasil saat harga produk rendah saat panen petani/kelompok tani tidak ada yang mau panen dibiarkan di atas sawah, hal ini sangat merugikan petani dan juga pemerintah.

Untuk itu ada solusi bagi petani dan kelompok tani , dimana pemerintah pusat telah memberikan alat bagi kelompok wanita tani  berupa alat mengolah cabe menjadi tepung cabe atau abon cabe. Hal ini dimaksudkan agar saat harga rendah dapat dipanen dan diolah menjadi tepung cabe dan masyarakat bisa mengkonsumsi tepung cabe tersebut dengan harga yang standar, sehingga harga cabai tidak akan pluktuatif seperti akhir-akhir ini.

Baca Juga :  Literasi Keuangan Penduduk NTB Masih Rendah

Direktorat pasca panen pada Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian RI, pada tahun 2017 ini telah mengalokasikan peralatan pasca panen khususnya cabai di 3 kabupaten diantaranya, Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat. Begitu juga untuk tahun 2018 mendatang, kabupaten yang lainnya akan dapat bantuan yang sama.

“Bantuan ini kita haapakan dapat mengurangi kerugian bagi petani dan kelompok tani dalam pengembangan suatu komoditas khususnya komoditas cabai,” harapnya.

Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah bagi mayarakat jangan hanya berpikir hanya cabai segar yang enak untuk dikonsumsi melainkan cabe yang sudah diolah malah lebih awet atau tahan lama untuk disimpan dan harganyapun terjangkau di semua lini.

“Jika keterampilan petani atau kelompok tani terasah dalam memanen, menjemur, megolah, mengemas, dan mengangkut, maka angka kehilangan hasil atau kerugian biaya produksi dan produksi akan aman, guna mendukung pengurangan kerugian saat panen,” pungkasnya. (luk)

Komentar Anda