Proses pembuatan minyak Toaq (Tua) Songak atau biasa dikenal dengan Bejarig, merupakan tradisi Warisan nenek moyang masyarakat Songak. Adapun waktunya pembuatannya pada bulan 12 Rabiul Awal atau pada perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
NASRI BOEDJANA- LOTIM
Warga Desa Songak Kecamatan Sakra Lombok Timur masih menjaga dan melestarikan warisan leluhurnya. Tradisi Bejarig atau proses pembuatan minyak Songak diwariskan oleh nenek moyangnya. Berdasarkan informasi secara turun temurun warga setempat, tradisi tersebut sudah ada sejak abad ke-13 silam.
Adapun nama Songak sejatinya menurut berbagai informasi terus mengalami perubahan mulai dari nama Desa Sangapati, Sbengaq, Leak hingga menjadi Songak seperti saat ini. Namun tradisi Bejarig yang diwariskan tersebut tetap dijaga dan dilestarikan untuk generasi selanjutnya.
Bejarig hanya bisa dilakukan pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Prosesnya pun cukup unik dan sarat ritual. Mulai dari memetik kelapa, pengupasan kelapa hingga sampai pada proses diparut. Satu diantara ratusan kelapa yang dianggap sebagai ibunya itu tidak boleh bersentuhan dengan tanah. Proses pencarian kayu bakar pun begitu, karena nama kayunya sudah ditentukan berdasarkan tradisi, nama kayu harus berdasarkan huruf Hijaiyah.
Proses Bejarig harus dibarengi dengan doa khusus yang turun temurun dari Penoaq atau sesepuh yang memimpin tradisi Bejariq tersebut. Sang Penoaq itu tidak boleh putus Wudhunya. Hal itu diyakini agar apa yang diniatkan dalam proses Bejarig minyak Toaq Songak itu mudah diijabah Tuhan. "Kita tidak boleh putus wudhu selama proses pembuatannya (Bejarig)," kata Jumnah atau biasa dikenal Papuq Mus seorang sesepuh yang dipercaya memimpin proses Bejarig di sela-sela proses Bajarig Senin lalu (12/12).
Setelah melengkapi syarat- syaratnya, proses membuat minyak ini dimulai. Santan pati dari kelapa dimasak di wajan berukuran cukup besar di atas api yang menyala. Wajan yang besar itu pun tidak sembarang wajan melainkan pembuatannya khusus, artinya tidak boleh dipakai selain untuk pembuatan minyak (Bejarig) itu. Selama pembuatan ini, perempuan yang sedang menstruasi tidak diperkanankan mendekat.
Setelah proses pematangan kemudian sudah bisa menghasilkan minyak. Namanya ada dua yakni pertama minyak Toaq (Tua) yang lebih dikenal dengan nama Minyak Songak. Penggunaannya untuk mengobati berbagai macam penyakit. Minyak ini tidak boleh diperjualbelikan.
Yang kedua yakni Minyak Bajang (Muda). Minyak ini tidak diperuntukkan kepada sembarang orang. Hanya warga Songak saja yang memilikinya. Adapun manfaatnya diyakini untuk kekebalan tubuh.
Ritual pembuatan minyak hingga menghasilkan minyak memakan waktu yang cukup lama. Selama proses, orang yang terlibat di dalamnya tidak boleh lengah. Semuanya harus dikontrol teliti dan jeli, agar tidak terjadi kesalahan.
"Proses ritualnya kita dituntut untuk tidak lengah, agar tetap berjalan dengan maksimal," kata Murdiyah, S.Ag selaku tokoh agama dan budaya setempat. Menurutnya, tradisi akan terusn dipertahankan. Apalagi manfaatnya sangat positif untuk masyarakat. (*)