Usaha Melambat, Pengusaha Kurangi Karyawan

Ilustrasi Usaha Melambat

MATARAM—Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat bahwa kegiatan usaha di NTB pada triwulan I-2017 terjadi pelambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

“Pelambatan kegiatan usaha diikuti juga oleh penurunan penggunaan tenaga kerja (karyawan) dan penurunan rentabilitas di NTB triwulan I-2017,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Prijono, Senin kemarin (10/4).

Prijono mengatakan, perlambatan tersebut terkait dengan penurunan kegiatan usaha sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor bangunan yang berdampak terhadap pengurangan tenaga kerja.

Dimana penggunaan tenaga kerja mengalami penurunan dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) -0,51, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,43. Perlambatan tersebut terkait penurunan kegiatan usaha sektor perdagangan, hotel  dan restoran serta sektor bangunan.

[postingan number=3 tag=”ekonomi”]

Menurut Prijono dari hasil survei yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB untuk triwulan I-2017, terdapat penggunaan tenaga kerja mengalami penurunan dengan nilai SBT -0,51 , lebih rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,43. Penurunan penggunaan tenaga kerja tersebut dialami oleh sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Baca Juga :  Bulog Siap Ganti Raskin Kualitas Buruk

Penurunan penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan dunia usaha tak terlepas dari kondisi ekonomi yang masih belum bergerak membaik. Hal tersebut terjadinya karena berbagai sektor pendukung pergerakan ekonomi seperti kunjungan wisatawan yang tidak terlalu  banyak. Begitu juga dengan proyek-proyek milik pemerintah seperti pembangunan infrastruktur dan lainnya, belum mulai jalan serta masih belum masuk musim panen raya untuk produk hasil pertanian.

Hal tersebut tentunya  berdampak terhadap rentabilitas atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan menunjukan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni triwlan IV-2016, ,dengan nilai SB sebesar 38,82 persen dari triwulan sebelumnya sebesar 43,02 persen.

Penurunan kegiatan dunia usaha ini juga ternyata berdampak terhadap dari sisi akses kredit juga menunjukkan penurunan. Nilai SB akses kredit sebesar 50 persen lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 52,38 persen.

Baca Juga :  Konsumen Mitsubishi XPander di NTB Perlu Bersabar

Sementara itu, untuk kondisi keuangan dari sisi likuiditas usaha menunjukkan peningkatan dengan nilai Saldo Bersih (SB) 42,35 persen, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 36,05 persen.   Pada triwulan I- 2017, sebanyak 48,24 persen , kondisi likuiditas baik, 45,88 peren dan kondisi likuiditas cukup, dan hanya 5,88 persen, kondisi likuiditas buruk.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan untuk melihat perkembangan kegiatan usaha. Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan  presentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”.

Khusus perhitungan saldo bersih kegiatan usaha, harga jual, penggunaan tenaga kerja, kondisi investasi, dilakukan dengan metode Saldo Bersih Tertimbang (SBT-weighted net balance) yag diperoleh dari perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. (luk)

Komentar Anda