Tenun Indonesia Diminati Eropa dan Amerika

SEMINAR: Seminar dan Lokakarya Diseminasi hasil penelitian dan penyusunan peta jalan produksi penenun alam sebagai sarana peningkatan ekonomi berkelanjutan berbasis SDA kearifan lokal dan komunitas, di lesehan Bumi Gora, Kamis kemarin (13/10) (YAN RADAR/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Tenun asal Indonesia kini sangat diminati kalangan masyarakat Eropa dan Amerika. Hal itu ditandai dengan makin tingginya tingkat permintaan terhadap tenun asal Indonesia yang rata-rata naik 3 hingga 7 persen per tahun.

Koordinator Asosiasi Pendampingan Usaha Mikro (Asspuk) Jakarta, Mia Ariana, mengungkapkan, kenaikan rata-rata permintaan tenun asal Indonesia dari Eropa dan Amerika ini merupakan pangsa pasar besar bagi produk tenun Indonesia.

“Ini adalah potensi pangsa pasar besar bagi tenun Indonesia," katanya dalam seminar dan lokakarya Diseminasi hasil penelitian dan penyusunan peta jalan produksi penenun alam sebagai sarana peningkatan ekonomi berkelanjutan berbasis SDA kearifan lokal dan komunitas, di lesehan Bumi Gora, Kamis kemarin (13/10).

Hadir sebagai narasumber, Edha Rahayuningsih dari Pusat Kajian Pewarna Alam MIPA UGM, Jodjakarta, Bappeda provinsi NTB diwakili kabid perencanaan lingkungan Lalu Rusmayadi, dan komunitas penenun baik dari Lombok Tengah dan Lombok Barat.

Dengan besar potensi pangsa pasar bagi tenun asal Indonesia. Pihaknya akan fokus memberikan pendampingan terhadap komunitas penenun, terutama komunitas penenun di pulau Lombok.

Dipilihnya komunitas penenun di pulau Lombok sebagai fokus pendampingan Asspuk. Dikarenakan penenun di pulau Lombok khususnya dan di provinsi NTB umumnya dinilai paling masif dalam produksi tenun di Indonesia.

NTB pun, lanjutnya, dua provinsi di Indonesia dijadikan sebagai pilot project bagi pengambangan produksi tenun dengan pewarna alam bekerjasama dengan MayBank. “Provinsi lainnya adalah Sumatera Utara. Pilot project ini akan kita langsungkan selama 5 tahun kedepan," ungkapnya.

Baca Juga :  Indonesia Amankan Satu Gelar

Dengan ada pilot project itu, kata Mia Ariana, mendorong peningkatan produksi tenun dari komunitas penenun ada di NTB, dan proses pembuatan tenun dihasilkan tersebut lebih ramah lingkungan. Mengingat acap kali dalam proses pembuatan tenun menggunakan zat pewarna sintetik sangat berbahaya bagi lingkungan maupun tubuh manusia.

Masyarakat di Eropa dan Amerika lebih menyukai kain tenun di produksi dengan pewarna alam. Sehingga pihaknya pun mendorong komunitas penenun menggunakan zat pewarna alam dalam produksi kain tenun. “Ternyata kain tenun menggunakan zat pewarna sintetik kimia itu sangat berbahaya bagi tubuh kita manusia menggunakan kain tenun," jelasnya.

Pihaknya pun akan memberikan pendampingan kepada komunitas penenun di pulau Lombok. Baik dari sisi manajemen produksi, pemasaran, permodalan dan lainnya. Tujuan bagaimana ada peningkatan kesejahteraan dari anggota komunitas penenun tersebut. Dengan pihaknya menfasilitasi pangsa pasar bagi penjualan kain tenun khas pulau Lombok. Baik di dalam negeri maupun diluar negeri, terutama Eropa dan Amerika.

Pihaknya pun ingin mengangkat kain tenun sebagai warisan khas budaya Indonesia, serta memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. “Ditataran negara-negara Asia upaya ini sedang kita lakukan," terangnya.

Baca Juga :  Semifinal SEA Games 2017, Indonesia Siap Hadapi Malaysia !

Menurutnya, kurang minat dari generasi muda dalam mewarisi kerajinan menenun, akibat dari aktivitas menenun kurang memberikan kesejahteraan secara ekonomi bagi penenun tersebut.

Penenun masih lemah dalam akses pangsa pasar, manajemen produksi lemah, permodalan dan lainnya acap ki menjadi kendala dan hambatan bagi komunitas kain tenun berkembang.

Pihaknya pun akan berusaha mengangkat harkat dan martabat komunitas kain tenun dengan upaya pendampingan bagi peningkatan kesejahteraannya. “Kita ingin kain tenun bisa memberikan nilai lebih kesejahteraan bagi penenun," tandasnya.

Sementara Edha Rahayuningsih dari Pusat Kajian Pewarna Alam  MIPA UGM, mengatakan, Indonesia merupakan negara sangat melimpah zat pewarna alam. Kendati begitu. Zat pewarna alam tersebut belum bisa termanfaatkan secara baik.

Produksi tenun maupun industri garmen lainnya lebih menyukai menggunakan zat pewarna sintetis. “Padahal zat pewarna sintetis ini sangat tidak ramah lingkungan," ungkapnya.

Di kalangan masyarakat Eropa dab Amerika pun sudah ada pergeseran. Mereka sekarang lebih menyukai produksi kain tenun menggunakan pewarna alam. Karena itu, penenun harus sejak dini edukasi menggunakan pewarna alam yang ramah lingkungan.

Dengan menggunakan pewarna alam ramah lingkungan, kain tenun Indonesia Lombok akan makin diminati pangsa pasar Eropa dan Amerika. “Ini peluang pasar bagi produk tenun Lombok," pungkasnya. (yan/adv)

Komentar Anda