Sepeda Listrik Matric-B Siap Dikembangkan

DIKEMBANGKAN: Produksi Sepeda Listrik Bima Electric Bicycle atau Matric-B hasil produksi IKM binaan PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bima siap dikembangkan.

MATARAM – Produksi Sepeda Listrik Bima Electric Bicycle atau Matric-B tengah berlangsung. Sepeda ini hasil produksi IKM binaan PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bima sejak tahun 2019. General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTB Lasiran menjelaskan perkembangan pengembangan Sepeda Listrik Matric-B ini. Saat ini sudah berhasil diproduksi 15 unit.

PLN memesan 15 unit ke IKM binaannya dengan nilai Rp 280 juta. Diupayakan pada di tangal 17 Desember 2020 nanti, sudah ada 50 unit sepeda listik Matric-B dalam rangka menyambut HUT NTB.

”PLN juga akan mempercepat Pengembangan Sepeda Listrik Matric-B untuk mendukung terlaksananya MotoGP di Sirkuit Mandalika,” katanya saat menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan PLN tentang Penelitian dan Pengembangan Teknologi Sepeda Listrik Bima Electric Bicycle atau Matric-B di ruang rapat utama kantor Gubernur NTB, Jumat (23/10).

Sepeda listrik Matric-B ini diproduksi dengan konsep vintage chopper eletric bike. Sepeda ini memiliki berat 35 kilogram dengan kecepatan mencapai 45 k perjam. Untuk pengisian bateri membutuhkan waktu 3 jam dan dapat menempuh jarak hingga 60 km.

Baca Juga :  Kenaikan Tarif PLN akan Terus Bergulir

Gubernur Provinsi NTB, Dr H Zulkieflimansyah mengawali arahannya mengutip pepatah Tiongkok ‘Perjalanan Panjang Selalu Dimulai Dari Langkah Pertama’. Pepatah tersebut sangat relevan dengan apa yang menjadi program saat ini yaitu pengembangan kendaraan listrik yang merupakan kendaraan masa depan.

Gubernur mengatakan, hari ini adalah satu langkah awal untuk mengubah cara pandang masyarakat NTB khususnya, bahwa sebenarnya semua memiliki kemampuan. Pandemi Covid-19 di NTB memang berdampak terhadap banyak hal, namun selalu ada terobosan baik di tengah musibah tersebut. “Saya masih teringat awal-awal corona virus, orang mengalami kelangkaan masker, akhirnya ada yang impor masker dari luar, dari Jawa. Namun kini, tidak hanya masker, kendaraan listrik pun kita mampu membuatnya,”ungkap gubernur.

Dijelaskan, pengembangan teknologi butuh pembelajaran dan model pembelajarannya yang paling utama adalah learning by doing yaitu belajar dengan cara mengerjakannya secara langsung. “Tidak ada produk teknologi Tiongkok, Korea, India pas lahir lalu sempurna, pasti dia diremehkan dulu, dibully, tapi seiring berjalannya waktu ada feedback dari masyarakat,” pungkasnya.

Baca Juga :  PLN Mulai Uji Coba PLTU Sambelia

Oleh karena itu, bagi Bang Zul jika sepeda listrik ini dilaunching dengan harga Rp 20 juta per unit pasti banyak orang yang akan bertanya-tanya karena harganya yang mahal. Namun, jika belajar dari negara berkembang, semua prodak pasti mengalami fase seperti itu, yang membedakannya adalah berani untuk memulai.

“Saya kira ini jadi momentum penting, kalau sepeda listrik yang begini saja bisa kita buat, apalagi sekedar masker, cold storage. Mudah – mudahan dengan semangat industrialisasi ini bisa kita mulai dari NTB dan pemicunya adalah dengan kehadiran PLN,” tuturnya. (sal)

Komentar Anda