Mengenal Muhammad Asror Zawawi, Qori Handal yang Dikenal sebagai Penyanyi

Beberapa Kali Juara MTQ, Lahirkan 7 Album Lagu-lagu Sasak

Qori Handal yang Dikenal sebagai Penyanyi
Muhammad Asror Zawawi (ist/)

Sosok Muhammad Asror Zawawi mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga para penikmat lagu-lagu Sasak. Selain piawai dalam bernyanyi, pria kelahiran 28 Juni 1989 ini sudah mengharumkan namanya terlebih dahulu melalui bakat tilawah hingga tingkat nasional.


AZWAR ZAMHURI – LOMBOK BARAT


Pria asal Desa Kekait Kecamatan Gunung Sari ini, beberapa tahun terakhir telah memiliki banyak penggemar. Lagu-lagu yang diciptakan dan dinyanyikannya, begitu lekat di hati masyarakat NTB, terutama di pulau Lombok.

Baca Juga :  Tidak Ada Tanda-Tanda, Tinggi Air Setinggi Pohon Kelapa

Asror, sapaan akrabnya memang pria multitalenta. Sudah 7 album  dirilis dari genre religi,lucu, sedih dan romantis. Sangat wajar, apabila saat ini telah memiliki banyak penggemar, khususnya di Lombok Barat.  Namun  tidak banyak yang tahu jika dirinya juga seorang Qori’ dan guru sejak dulu. “Makanya banyak juga masyarakat yang bilang, masa ustadz nyanyi lagu Sasak. Duet-duet sama Erni, pokoknya ada saja yang omongannya tidak enak didengar,” kata Asror kepada Radar Lombok, Senin kemarin (20/11).

Sebelum menjadi pencipta lagu dan menyanyikan lagu Sasak, Ansor memang lebih banyak disibukkan dengan mengikuti berbagai lomba tilawah. Ayah kandungnya, H Buchari merupakan seorang qori’. Sejak kelas IV di SDN 2 Kekait, Asror telah diperkenalkan dunia tilawah.

Begitu juga dengan ibunya Hj Saidah yang juga hebat dalam membaca Alquran dengan suara indah. Asror banyak diajari oleh kedua orangtua dan keluarganya di kampung. “Saya anak pertama dari 6 bersaudara, jadi dididik untuk mengikuti jejak ayah,” tutur suami Dian Wardianti ini.

Sejak kelas VI SD, Asror telah mulai mengikuti lomba-lomba tilawah. Bahkan ketika dirinya melanjutkan pendidikan di salah satu pondok pesantren (Ponpes) di Gunung Sari selama 6 tahun, Asror tetap pulang ke rumahnya untuk terus belajar tilawah.

Baca Juga :  Awalnya Menghafal tanpa Bimbingan, Wakili Indonesia di Iran

Kecintaannya pada Alquran membuat Asror menjaga konsistensi dalam tilawah. Termasuk ketika dirinya masuk kuliah mengambil jurusan PGSD di Universitas Mataram. Ketika kesibukan mulai semakin menumpuk, bakat dalam bernyanyi, mencipta lagu, mengajar dan juga melanjutkan S2 jurusan manajemen pendidikan pada kampus yang sama, Asror tetap tidak meninggalkan tilawah.

Dalam bidang tilawah, sudah sangat banyak prestasinya. Mengikuti berbagai ajang perlombaan tingkat nasional. Asror pernah mengikuti berbagai lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional mewakili Provinsi NTB dari tahun 2005 hingga 2016.

Asror pernah meraih  juara 1 pada tahun 2011 dalam ajang MTQ tingkat remaja. Kemudian MTQ mahasiswa di Aceh pada tahun 2009, MTQ nasional di Makassar tahun 2010, MTQ nasional di Ambon tahun 2011, tahun 2016 di Riau dan lain-lain. “Alhamdulillah saya sering dapat juara di tilawah, saya juga tahun lalu juara satu dalam festival qasidah di Lampung tingkat nasional,” ungkap ayah Elfitaya Humaira ini.

Terjun ke dunia musik dan mencipta lagi, tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Semua terasa mengalir begitu saja secara alami. Apalagi, sejak lama Asror merupakan guru di salah satu madrasah sebelum dirinya pindah ke SDN Model Internasional Cakranegara.

Baca Juga :  Berdiri 2005, Gunakan Metode Tahfidz Turki Utsmani

Asror masih mengingat awal dirinya bisa terjun ke musik Sasak. Berawal dari perkumpulan seni Islam Zikir Zaman saat awal menjadi mahasiswa pada tahun 2007. Suaranya yang merdu membuat Asror dipercaya menyanyikan lagu-lagu qasidah.

Bakat seni rupanya sudah tertanam dalam jiwanya. Asror mencoba membuat nada-nada shalawatan dan mencari irama lagu religi. “Saya bukan orang yang ahli dalam musik, saya tidak kuasai cord-cord nada. Saya ciptakan lagu berdasarkan intuisi saja, mencari irama yang enak dan membuat lirik sendiri,” ceritanya.

Awalnya menciptakan satu buah lagu saja sangat sulit. Membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga bisa rampung. Namun bakat yang ada dalam dirinya memang tidak terbantahkan. Lagu-lagu religi yang diciptakan dicoba untuk direkam pada tahun 2009. Hasilnya cukup memuaskan karena mendapat apresiasi dari masyarakat.

Lagu religi yang diciptakan dan dinyanyikan itu, rupanya menarik perhatian beberapa produser. Sejak itulah, Asror terus mencipta lagu. Kemudian menyanyikannya untuk diedarkan secara profesional dalam industri musik. “Sudah ada 7 album saya keluarkan. Kalau dulu ciptakan lagu butuh waktu lama, kalau sekarang sehari saja bisa buat 3 lagu di tengah kesibukan yang ada. Tapi tetap sih ada satu atau dua lagu yang seminggu pun belum juga bisa selesai,” ucapnya.

Baca Juga :  Pengalaman Putra Sastra, Jatuh Bangun Geluti Bisnis Online

Musik Sasak masih kerap dipandang sebelah mata. Namun Asror tetap bangga bisa berkarya dan berkarir, terlebih musik Sasak telah melambungkan namanya. “Orang tua pernah minta agar saya berhenti menyanyikan lagu Sasak. Tapi saya bilang, dakwah itu tidak hanya ceramah saja. Tapi juga bisa lewat lagu dan menyanyi,” tuturnya.

Saat ini, Asror terus menjalani bakat dan minatnya. Tetap mencintai Alquran dengan menjadi qori’, mengamalkan gelar sarjana sebagai pengajar, dan terus menciptakan lagu-lagu Sasak. Meskipun, secara materi tidak begitu membanggakan berkarier dalam belantika musik sasak.

Orientasi Asror juga bukan sekedar materi. Menciptakan lagu dan bernyanyi merupakan hobinya. Bahkan ketika menikah tahun 2015 lalu, dia sengaja tidak merilis album dan menanti urusan pribadinya tuntas. “Saya bahagia menyalurkan bakat, masyarakat juga bisa terhibur. Itu sudah cukup, karena kalau bicara nominal uang, jauh lah,” tutupnya. (*)

Komentar Anda