Emi Azwarina salah satu penghafal Alquran yang memiliki prestasi membanggakan. Dia mewakili Indonesia di kancah internasional.
SAPARUDDIN–PRAYA
Emi Azwarina saat ini tercatat sebagai santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Quran. Ponpes ini merupakan salah satu ponpes pencetak para penghafal Alquran di Lombok Tengah. Kini, Emi duduk di bangku kelas IX MTs. Di usianya ke 15 tahun,dara kelahiran Sesake Kecamatan Praya Lombok Tengah sudah mampu menghafal Alquran sampai 30 juz.
Menjadi seorang hafidzah bagi Emi, tidak direncanakan. Menurutnya, semua itu sudah jadi takdir Allah SWT. Emi sudah mulai belajar menghafal Alquran sejak duduk di bangku SD.
Kebetulan rumahnya dekat dengan tempat ibadah. Ketika azan akan tiba, dari masjid dilantunkan ayat-ayat suci Alquran. Awalnya, tidak menjadi perhatiannya. Namun ketika duduk di kelas IV SD, Emi begitu tertarik mendengar lantunan ayat-ayat suci yang diputar melalui pengeras suara di masjid itu. Emi lalu tertarik untuk bisa menghafal Alquran.
Emi mulai menghafal tanpa diketahui oleh orangtuanya. Di setiap waktu luangnya, dimanfaatkan untuk menghafal lalu mengulang hafalannya terus menerus. Kurang lebih setahun, Emi sudah mampu menghafal 10 juz.
[postingan number=5 tag=”hafidz”]
“Saat itu saya belajar tanpa seorang pembimbing dan bahkan orang tua saya juga tidak tahu kalau saya sedang fokus menghafal,” bebernya kepada Radar Lombok belum lama ini.
Setelah berhasil menghafal 10 juz, dia lalu menceritakan kepada orangtuanya dan meminta untuk ditasmik atau disimak. Orangtuanya sendiri kaget atas kemampuan Emi yang diam-diam menghafal Alquran sendiri tanpa pembimbing. ” Saya langsung diberikan hadiah berupa handphone, baju baru dan 10 kaset VCD murattal,” akunya.
Sejak saat itu, Emi semakin termotivasi untuk menghafal Alquran. Dia terus menambahkan hafalannya. Setelah lulus SD, Emi memutuskan melanjutkan sekolahnya ke Ponpes Nurul Qur’an Mertak Tombok, Lombok Tengah pimpinan TGH Sabaruddin Abdurrahman. Di ponpes ini, ada program tahfidznya.
Di ponpes ini Emi,dibina dan digembleng menjadi seorang hafidzah. Bacaannya pun diperbaiki agar sesuai dengan ilmu tajwid. Begitu naik kelas IX MTs, dia sudah mampu menghafal 30 juz.
Berbagai lomba diikuti Emi. Puncaknya, ia terpilih menjadi wakil Indonesia pada Musabaqah Hifzil Qur’an (MHQ) tahun 2016 di Iran. Sebelumnya, dia mengikuti seleksi MHQ secara online. Dia berhasil menyingkirkan ribuan peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Emi lalu terpilih untuk mengikuti MHQ 30 juz tingkat internasional di Teheran, Iran. Sayang, di Iran dia belum berhasil menjadi juara. Dia hanya masuk lima besar.
Dikatakan, dalam menghafal Alquran banyak halangan dan rintangan yang ia hadapi. Termasuk godaan pergaulan remaja sesuainya. Namun dia tidak mau larut. “Kalau masalah pantangan, bagi saya semua penghafal itu takut dosa. Makanya saya berusaha semaksimal mungkin jauh dari perbuatan dosa,” akunya.
Untuk menguatkan hafalannya, disamping lima kali seminggu harus menyetorkan hafalannya kepada pembimbing. Ia sendiri ketika ada waktu senggang, selalumengulangi hafalannya. “Bisa dibilang, ketika guru belum masuk kelas, selalu saya ulangi hafalan biar semakin lancar,” sebutnya.
Ditambahkan, dulunya ia ingin tetap sebagai seorang hafidzah. Namun ketika sudah hafal 30 juz, Emi malah bercita-cita menjadi seorang dokter yang hafal Alquran.
“Saya tidak mau terfokus satu keahlian. Jika Allah mengizinkan nanti saya ingin menjadi seorang dokter,” bebernya.
Ponpes Nurul Qur’an TGH Sabarudin Abdurahman mengaku potensi yang dimiliki Emi sangat luar biasa. Dia dengan cepat bisa menghafal Alquran. “Dua tahun dibina sekarang sudah bisa hafal 30 juz,” ujarnya. (*)