Petani Tembakau Terancam Gagal Panen

Panen raya tembakau di Lombok Timur, beberapa tahun lalu. (DOK/RADAR LOMBOK)

SELONG– Kondisi cuaca yang tidak menentu membuat petani tembakau rajang di Dusun Senang Desa Batuyang Kecamatan Pringgabay khawatir gagal panen.

Tembakau rajang jamak ini biasanya ditanam sekali setahun di musim kemarau. Jika terkena hujan tanaman tembakau ini akan rentan rusak dan mati. Apalagi di tengah kondisi cuaca tidak menentu. Begitu juga dengan jumlah hasil panen yang sedikit, akan menjadi pertimbangan membuat petani berpikir dua kali untuk menanam.” Kita sudah mengeluarkan banyak biaya sebelum menanam hingga akan mau panen. Beginilah resiko kita jadi petani tembakau, yang menanam tembakau semusim sekali. Terkadang berhasil, kadang ada kalanya gagal juga,” keluh Munadi salah satu petani tembakau setempat.

Selain itu, hasil panen jenis tembakau tahun ini juga tidak sebanyak seperti tembakau rajang jenis Kasturi. Dimana tembakau jenis rajang jamak ini daunnya kecil, hanya 11 lembar per batang sehingga membuat hasil panen sedikit. Bukan hanya itu ukuran daunnya pun tidak seperti tembakau rajangan jenis Kasturi, lebarnya hanya mencapai 25 per batang.” Itu membuat kami berpikir dua kali menanam tembakau jenis ini,” ungkapnya.

Baca Juga :  Ribuan Hektare Tanaman Tembakau Rusak

Selain itu terangnya, perawatannya juga harus intens supaya rasa yang dihasilkan berbeda dengan tembakau lainnya. “ Yang disebut tembakau senang itu, ya tembakau jamak ini yang bernama Pender Jae sehingga diprimadonakan,” tutur Munadi.

Ia menjelaskan, kenapa di kalangan masyarakat luas tembakau ini disebut tembakau Senang, karena diketahui berasal dari Senang. “ Sebagian besar orang mengatakan, rasanya bagus. Sehingga tidak bisa diungkap melalui kata-kata,” ungkapnya.

Oleh karena itu, tidak heran banyak masyarakat memburu tembakau tersebut. Mereka berani membeli dengan harga yang fantastis. “ Harga jual di kami para petani, paling mahal itu lima ratus hingga tujuh ratus ribu rupiah. Kalau sudah di pihak kedua atau pihak ketiga, harga jualnya mencapai satu juta lebih,” sebut Munadi.

Perlu diketahui, lanjutnya, sebenarnya tembakau jamak jenis ini banyak ditanam di tempat lain yang ada di daerah NTB. Namun, entah kenapa bisa beda. “Jenisnya sama dengan tembakau yang kita tanam, saya juga bingung kok rasanya bisa berbeda. Mungkin faktor tanah atau tergantung perawatannya kali,” terang Munadi.

Baca Juga :  Pemprov Diminta Lebih Perhatikan Petani Tembakau

Lebih lanjut Munadi mengatakan, untuk luas lahan tempatnya menanam tembakau ini terbatas hanya 80 hektar. Dengan jumlah petani penggarap sebanyak seratus orang lebih. Namun, jarang petani yang berkenan menanam tembakau jenis ini meskipun harganya cukup tinggi per rumput. Karena hasil panennya tidak sesuai dengan luas lahan dan biaya perawatannya. “ Kadang satu petak itu paling banyak delapan tumpi (8 pic_red) yang kita dapat. Itupun kalau berhasil,” katanya.

Belum lagi biaya perawatan, sambungnya, tidak semudah seperti tembakau lain pada umumnya. Itu juga yang membuat petani berpikir dua kali untuk menanamnya. Oleh karena itu, tembakau Senang ini kebanyakan ditanam untuk di konsumsi pribadi pada awalnya. Namun, karena saudagar sering mencobanya sehingga diperkenalkan ke pada masyarakat luas.”Jumlah produksinya terbatas, juga membuat harga jual tembakau Senang ini berani dibeli dengan harga mahal,” pungkasnya.

Tahun ini lanjutnya, kemungkinan sebagian petani gagal panen. Karena cuaca tidak menentu, terkadang hujan tanpa disangka-sangka tidak bisa prediksi. “ Ini saja sudah mati tembakau saya, yang sebentar lagi akan dipanen,” tandasnya. (lie)

Komentar Anda