Petani Tembakau Pastikan Merugi

Petani Tembakau Pastikan Merugi
TEMBAKAU LAYU: Tampak salah satu petani tembakau sedang menyemprot tembakaunya yang layu akibat guyuran air hujan tiga hari berturut, agar daunnya bisa segar dan sehat kembali. (IRWAN/RADAR LOMBOK)

SELONG—Tahun 2017 dapat dikatakan bukan tahun keberuntungan bagi para petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur (Lotim), khususnya di wilayah Sakra Barat dan Keruak. Pasalnya, dengan intensitas hujan yang tinggi, mengakibatkan produksi tembakau tahun ini dipastikan tidak akan memuaskan.

Bahkan akibat kondisi tersebut, para petani tembakau mengaku rugi lantaran harus melakukan perawatan berulang-ulang, agar tembakaunya kembali segar. “Tahun lalu pada bulan Juni seharusnya sudah tidak ada hujan. Tapi kenyataannya sekarang hujan masih tinggi. Sehingga tanaman banyak yang layu,” keluh Amaq Ita, asal Desa Mundane, Selasa kemarin (11/7).

Disampaikan, cukup banyak sebenarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan petani untuk membudidayakan tembakau. Dia menghitung setidaknya dibutuhkan dana hingga Rp 38,5 juta per hektar (ha), mulai dari persiapan, pengolahan, sewa tanah, sampai pemasaran.

Dia merincikan, setidaknya untuk setiap hektar lahan tembakau dibutuhkan bibit tembakau hingga 15.000 pohon. Harga bibit tembakau sendiri mencapai Rp 50.000 per 1.000 pohon. Dengan perhitungan tersebut, maka untuk kebutuhan bibit saja setiap petani membutuhkan dana sekitar Rp 750.000 per ha.

Baca Juga :  Seminar Internasional Semarakkan Hultah NWDI Anjani ke-81

Akibat faktor cuaca yang tidak mendukung tersebut, maka keuntungan yang diterima petani menjadi kurang memuaskan. “Dari total lahan tembakau ini, saya lihat-lihat ke semua lokasi sekitar puluhan hektar yang rusak. Kalau saya sendiri hanya 30 persen saja. Artinya hanya sepertiga dari luas areal yang mengalami keuntungan,” sebutnya.

Jika nantinya harga tembakau petani akan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, ditambah dengan beban petani yang saat ini banyak yang rusak akibat cuaca yang tidak menentu, maka dipastikan petani tembakau akan mendapat masalah yang berat. ”Kita hanya berharap pada saat penjualan nanti harganya naik. Itu saja,” pintanya.

Ditengah banyak hambatan, sebagai petani tembakau dia tetap membudidayakan tembakau. Selain faktor pendapatan yang lebih tinggi dibanding komoditas yang lain, cukup sulit mendapatkan jenis tanaman lain yang dapat dikembangkan di lahan miliknya.

Baca Juga :  Petani Tembakau Harus Siap Terima Risiko

Bila dirunut dari sejarah, sebenarnya petani telah menanam tembakau sebelum republik ini ada. Sehingga merubahnya pun tidak mudah, perlu waktu. Biasanya, para petani tembakau lokal telah turun-menurun membudidayakan tembakau tersebut.

“Petani sendiri sebenarnya cukup pintar dalam mengelola usaha perkebunan tembakau ini. Mereka mendasarkan usaha ini dari sisi pasar dan harga. Kalau pasarnya tidak ada, atau harganya tidak menguntungkan, pasti tanpa disuruh petani akan beralih ke usaha lain,” ucapnya.

Sementara petani tembakau lainnya, H. Akup mengatakan jika saja tidak terjadi hujan yang berturut-turut selama 3 hari, maka dipastikan akan mengalami hasil yang cukup baik. ”Tapi karena ada hujan yang turun selama 3 hari berturut, kita mau ngapain? Hanya bisa pasrah kalau nantinya kita merugi,” pasarahnya. (cr-wan)

Komentar Anda