Petani Garam Lombok Timur Gagal Panen

Petani Garam Lombok Timur Gagal Panen
PETANI GARAM: Aminudin, salah satu petani tambak garam, terlihat sedang mengumpulkan sisa-sisa garam di gudang miliknya yang sudah habis terendam air laut pada Minggu malam lalu (3/12). (IRWAN/RADAR LOMBOK)

SELONG — Puluhan hektar tambak garam di Dusun Padak, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), mengalami gagal panen akibat tanggul sungai yang ada di pesisir pantai kawasan itu jebol lantaran diterjang air laut yang sedang pasang, Minggu malam lalu (3/12). Akibatnya, air laut langsung meluap masuk ke dalam kawasan tambak garam tersebut.

Mamiq Pani, salah seorang petani garam asal Desa Padak mengatakan, luapan air pasang yang terjadi pada Minggu malam membuat beberapa tanggul tambak garam miliknya jebol. Tak ayal tambak garamnya tergenang air laut, dan juga menggenangi gudang-gudang garam yang ada. “Air laut meluap ke tambak garam, sehingga kami tidak dapat memproduksi garam,” ujarnya.

Baca Juga :  Hama Wereng Mulai Serang Padi Petani

Jika air laut pasang masih lama terjadi, dan menggenangi tambak garamnya, maka para petani garam akan terhambat memproduksi garam. “Akibat air laut pasang tadi malam, menyebabkan tanggul sungai di pesisir pantai kawasan itu jebol, dan air laut meluap ke tambak, dan juga masuk ke pemukiman warga,” papar Mamiq Poni.

Menurutnya, di kawasan pinggiran laut tersebut, ada sekitar 30 petani garam yang beraktifitas. “Selama memasuki tahun ini, baru kali ini mengalami pasang air laut yang mengakibatkan petani garam gagal panen,” jelasnya.

Selain mengalami gagal panen, petani garam juga harus memperbaiki pematang tambak yang rusak. “Namun untuk memperbaiki itu, tentu harus menunggu air laut yang masuk ke dalam tambak, kering secara sempurna terlebih dahulu. Ini adalah persoalan lain bagi kita sebagai petani garam,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan petani garam lainnya, Aminudin, yang juga warga Desa Padak. Akibat air laut pasang yang mengenangi puluhan hektar tambak, dan juga masuk ke gudang garam miliknya. Membuat ratusan karung garam yang ada di dalam gundang ikut terendam.

“Didalam gudang ini ada sekitar 500 karung garam yang disimpan. Namun hanya beberapa karung saja yang tersisa akibat genangan air yang masuk, dan melarutkan garam,” tuturnya.

Kedatangan air pasang ini tidak pernah dipikirkan sebelumnya. “Saya tidak pikirkan, karena biasanya tidak sampai masuk ke pemukiman atau tambak. Palingan (biasanya) naiknya sampai tanggul yang ada saja. Tapi tadi malam airnya cukup besar,” keluhnya.

Dengan besarnya air laut pasang yang terjadi pada malam pertama datang sambungnya, sekaligus pertanda kalau pada malam kedua dan seterusnya air pasang akan terjadi lebih besar lagi. Sehingga dia dan semua masyarakat, tentu akan siaga, dan memindahkan barang-barang berharga agar tidak ikut terendam air. “Kalau ngungsi saya tidak tau. Yang jelas semua barang-barang berharga sudah kita pindahkan ke rumah saudara yang tinggal di tempat yang lebih tinggi,” akunya.

Baca Juga :  Distan TPH NTB Terapkan Pola Tanam Tumpangsari

Tidak hanya tambak garam milik dia dan rekan-rekan petani garam saja yang ikut tergenang. Tetapi tambak ikan bandeng miliknya yang siap panen juga ikut menjadi korban. Namun karena itu adalah kejadian alam, maka dia dan para korban lainnya hanya bisa pasrah.

Aminudin hanya bisa mengelus dada ketika melihat ikan bandeng yang dilepas di tambaknya sebanyak 160 ribu ekor, ikut terbawa air laut yang pasang. ”Kalau garam sih tidak seberapa. Tapi ikan bandeng yang saya pelihara sejak 8 bulan lalu, semua ikut hilang. Tapi mau apalagi, ini musibah,” sedihnya. (cr-wan)

Komentar Anda