Pertumbuhan Ekonomi NTB Tidak Berkualitas

MATARAM – Pengamat Ekonomi NTB, Dr M Firmasyah memberikan pandangannya terhadap pertumbuhan ekonomi  NTB.

Akademisi  Universitas Mataram (Unram) tersebut dengan lantang menilai pertumbuhan ekonomi NTB tidak berkualitas. Menurut Firman, pertumbuhan ekonomi NTB sebesar 9,97 persen yang sempat menuai pujian Presiden Jokowi itu tidak berpengaruh terhadap pengurangan angka kemiskinan. “Saya tidak ingin menyebutnya pertumbuhan ekonomi semu, tapi kalau dalam istilah ekonomi itu disebut pertumbuhan ekonomi tidak berkualitas,” ucapnya kepada Radar Lombok Rabu kemarin (22/6).

Pertumbuhan ekonomi saat ini hanya dinikmati oleh kelompok-kelompok tertentu, sementara masyarakat NTB menjadi penonton saja bahkan sebagai sapi perahan. Realita tersebut dapat ditelusuri di lapangan, masyarakat kebanyakan merasa kehidupannya tidak jauh lebih baik meski pertumbuhan ekonomi NTB tertinggi se-Indonesia. Apabila pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh pertambangan dan perdagangan, maka uang hanya mengalir ke orang-orang besar kemudian dikirim ke luar daerah. “Kita harus jujur, pertambangan yang untung siapa dan perdagangan yang untung siapa. Kalau masyarakat kita sih bunting, biasa saja mereka tidak menikmati itu. Walaupun bidang pertanian cukup tinggi tapi itu wajar saja karena memang disini mayoritas petani dan sektor itu tidak terlalu berdampak besar pada kondisi ekonomi mereka,” terangnya.

Baca Juga :  Perputaran Perekonomian KLU Lesu

 Lebih lanjut disampaikan, pertumbuhan ekonomi ini sebenarnya tumbuh melambat apabila dibandingkan dengan tahun lalu. Itu artinya, prestasi dan kemajuan yang dialami NTB saat ini sebenarnya tidak lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. “Sederhananya begini, kalau di sektor pertambangan kan sudah jelas. Tapi di sektor perdagangan misalnya, memang benar tumbuh bagus tetapi yang sebenarnya masyarakat kita itu dikeruk uangnya lalu dibawa ke luar daerah. Terus pertumbuhan semacama itu yang kita banggakan, jangan sampai kita salah mempersepsikan angka pertumbuhan ekonomi ini,” katanya.

 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) secara lengkap, pertumbuhan ekonomi NTB di triwuan I tahun 2016 hanya mampu dikisaran angka 9,97 persen, angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwula I tahun 2015 yang tumbuh mencapai 19,43 persen. Pelambatan pertumbuhan ekonomi di NTB pada triwulan I tahun 2016 disebabkan mundurnya musim panen raya untuk tanaman pangan seperti padi petani.

Jika dibandingkan triwulan IV-2015 (q-to-q) ekonomi Provinsi NTB tumbuh sebesar 2,24 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran ekspor luar negeri sebesar 25,96 persen yang didominasi ekspor konsentrat pertambangan.

Baca Juga :  BI Siap Tertibkan Perusahaan Money Changer Tak Berizin

Ekonomi Provinsi NTB pada triwulan I tahun 2016 jika tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, maka secara y- on- y mengalami pertumbuhan sebesar 5,68 persen. sementara jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di triwulan IV tahun 2015 q- to- q tumbuh sebesar 1,21 persen.

Perekonomian Provinsi NTB tanpa sub kategori pertambangan bijih logam pada triwulan I tahun 2016  ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,21 persen dibanding dengan triwulan IV-2015 yang lalu. Hal ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas ekonomi pada kategori / lapangan usaha industri pengolahan yang mengalami kontraksi hingga minus 23,21 persen.

Aktivitas industri pengolahan di NTB didominasi oleh industri pengolahan tembakau yang berupa oven daun tembakau, dimana pada triwulan I -2016 hampir tidak ada aktivitasnya. Karena bahan  bakunya yakni daun tembakau yang berasal dari aktivitas perkebunan tembakau tidak ada lagi di pasaran, karena komoditas tembakau termasuk musiman. “Kalau mau banggakan pertumbuhan ekonomi, silahkan tingkatkan pada sektor industri. Baru kita boleh bangga karena itu sangat berpengaruh terhadap pengurangan angka kemiskinan,” tutup Firman. (zwr)

Komentar Anda