TANJUNG–Pemda Kabupaten Lombok Utara (KLU) memastikan tak menggelar Lebaran Topat pada Kamis (20/5) ini, seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran covid-19. “Keputusan ini sudah dirapatkan dan difinalkan agar pemerintah menjadi contoh kepada masyarakat,” terang Penjabat Sekda KLU Raden Nurjati kepada Radar Lombok, Selasa (18/5).
Adapun untuk masyarakat, dipersilakan menjalankan tradisi itu seperti lazimnya, namun yang perlu menjadi penekanan adalah menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, hindari kerumunan, menjaga jarak, jumlah pengunjung 50 persen dari kapasitas yang ada. “Bagi masyarakat kami tidak melarang, hanya mengatur supaya tetap menerapkan protokol kesehatan,” imbuhnya.
Ia juga mengingatkan kepada tim gabungan agar memperbanyak melakukan operasi yustisi supaya masyarakat yang melanggar protokol kesehatan diberikan sanksi tegas, baik sanksi sosial maupun sanksi denda tanpa toleransi. “Silakan tim satgas memperketat dan memperbanyak pelaksanaan operasi yustisi sebagai bentuk ketegasan pemerintah dalam menerapkan protokol kesehatan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Bapenda KLU Hermanto menyatakan, kunjungan wisatawan lokal pada puncak perayaan Lebaran Topat belum dapat berimbas terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). “Kita harapkan Disbudpar yang aktif menjemput retribusi masuk pada lonjakan pengunjung ke objek wisata lokal,” katanya.
Terpisah, Kepala Disbudpar KLU Vidi Ekakusuma menyampaikan, bahwa perayaan Lebaran Topat lebih mengarah kepada peningkatan ekonomi masyarakat. “Kalau untuk retribusi masuk pariwisata belum dilakukan semua destinasi wisata ke daerah, masih ke masyarakat,” ucap mantan Kepala Bidang Pendapatan Bapenda KLU itu. (flo)
