Larangan Bukber ASN Bikin Hotel Merana

SEPI TAMU : Salah satu hotel di Kota Mataram yang banyak digunakan untuk MICE Pemerintahan dan swasta. (RATNA / RADAR LOMBOK)

MATARAM – Pengusaha perhotelan di Kota Mataram mengaku pesimis tingkat hunian kamar hotel atau okupansi akan meningkat pada periode Idul Fitri 2023. Pasalnya, wisatawan akan lebih banyak berlibur ke resort dibandingkan City Hotel.

“Namanya orang berwisata mereka biasanya ke resort bukan hotel di kota. Seperti liburan ke Mandalika, Senggigi, Tiga Gili atau Sekotong Sembalu dan sebagainya,” kata Ketua Dewan Kehormatan Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) NTB I Gusti Lanang Patra kepada Radar Lombok, kemarin.

Lanang menyebut segmen pasar wisatawan atau tamu dari perspektif hotel dan restoran di Kota lebih besar kontribusi Mice (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) dibanding dengan leasure. Sehingga sebagian besar hotel bisnis lebih ramai ketika hari kerja daripada libur periode Idul Fitri.

“Okupansi hotel saat ini masih 10 -20 persen. Tapi karena larangan buka bersama semakin turun. Sudah jatuh tertimpa tangga lagi,” ungkapnya.

Pada minggu pertama Ramadan, dikatakan Lanang okupansi hotel sangat sepi dan mulai ada tamu setelah minggu kedua seterusnya. Namun dibandingkan dengan kondisi diluar Ramadan tingkat hunian kamar selama Ramadan sangat rendah. Ditambah adanya larangan buka bersama khusus untuk pejabat Pemerintahan.

Baca Juga :  BI NTB Siapkan Rp 2,34 Triliun untuk Kebutuhan Lebaran

“Pengusaha hotel di kota sepi tidak ada kedapatan okupansi. Jumlah hotel saat ini sangat banyak ada homestay yang menjamur, kos-kosan berubah jadi hotel,” tambahnya.

Kebiasaan kalau bulan Ramadan para pejabat akan meeting sore hari kemudian dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Melihat imbauan dari Presiden tersebut, Lanang mengaku bingung dengan aturan ini. Apakah larangan bukber ini termasuk bagi kegiataan meeting yang dilanjutkan makan malam.

“Apakah itu juga istilah yang juga dilarang. Maka dampaknya ke tamu hotel akan membuat sepi. Karena tahun-tahun sebelumnya meeting dialihkan ke sore dilanjutkan buka bersama,” terangnya

Untuk menanggulangi rendahnya okupansi hotel selama Ramadan ditambah dengan adanya larangan buka bersama ASN dari Pemerintah, pengusaha hotel biasanya menjual paket buka bersama atau paket all you can eat untuk komunitas, pembisnis dan lainnya. Hotel juga membuka paket buka bersama diluar ASN. Tapi meski begitu penjualan tetap menurun dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Apalagi dampak larangan ini semakin bertumpuk-tumpuk bebannya.

Baca Juga :  Limit Transaksi QRIS Naik Menjadi Rp 5 Juta

Terpisah Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) Made Adiyasa menambahkan kebijakan larangan bukber tersebut berdampak pada bisnis perhotelan yang biasanya menyediakan paket buka bersama.

“Memang larangan ini sangat berdampak untuk restoran. Karena Dinas memang salah satu yang pangsa pasarnya besar,” ungkapnya.

Menurut Made dampak kebijakan larangan bukber terhadap bisnis restoran sangat terasa. Terlebih okupansi kamar hotel selama periode Ramadan terbilang rendah. Sehingga yang menjadi alternatif usaha perhotelan adalah dengan banyak menjual makanan dan minuman.

” Cuma kalau buka puasa memang porsinya besar, 40 – 50 orang yang bukber. Lumayan itu mendongkrak revenue dari kamar,” ujarnya. (cr-rat)

Komentar Anda