Gawe Ninting Mambalan Reforestation Sarat Nuansa Adat

PENGHIJAUAN: Kades Mambalan, Sayid Abdollah Alkaff, bersama tokoh adat Mambalan yang juga Anggota Dewan AMAN NTB, Raden Muhammad Rais, mengawali penanaman pohon untuk penghijauan di pinggir Sungai Meninting.

GIRI MENANG–Gawe Ninting 2023 yang bertajuk Mambalan Reforestation mulai digelar, Sabtu (5/8). Gerakan menata dan menghijaukan kembali sepadan sungai yang digarap Komunitas-komunitas Masyarakat Peduli Sungai Matakali, Mambalan, Gunungsari , Lombok Barat ini sarat nuansa adat dan istiadat.

Selain dalam rangkaian memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, hajat ini digelar untuk memperingati hari jadi Desa Mambalan yang ke 155 tahun.

Sejarah panjang desa Mambalan sebagai salah satu desa tua di Lombok memang tak lepas dari keberadaan sungai Meninting. Karena batas hukum adat Mambalan yang kini mekar menjadi delapan desa adalah sungai Meninting.

Gawe Ninting ReforestorationSementara saat ini, dengan keberadaan bendungan Meninting sungai yang berhulu ke lembah Rinjani ini tengah menjadi program strategis nasional.

“Kami sadar arti penting keberadaan bendungan Meninting. Tapi kami juga sadar akan seriusnya ancaman bencana keberadaan salah satu bendungan terbesar di Indonesia ini. Untuk itu, sejak kini kami dari komunitas Matakali bersama sejumlah komunitas masyarakat peduli sungai di Lombok, anggota pecinta alam setingkat SMA, maupun mahasiswa pecinta alam di NTB ini ingin berbuat mengantisipasi itu dengan penghijauan kembali sepadan sungai Meninting ini,” terang Kepala Desa Mambalan, Sayid Abdollah Alkaff di lokasi acara.

Menurut kades yang akrab disapa Apink Alkaf ini, kegiatan Gawe Ninting ini akan menjadi gerakan bersama dalam pelestarian lingkungan. Khususnya lingkungan di sepadan sungai Meninting.

Yang sangat kami banggakan ungkap Apink, penanaman ratusan pohon sawo dan pelepasan ratusan ikan untuk dipancing kembali ini tidak menggunakan dana desa. “Kami tidak menggunakan dana desa sepeserpun untuk kegiatan ini,” tegasnya Apink yang mantan wartawan Lombok Post ini.

Kami jelasnya, justru banyak mendapat bantuan dari sejumlah pihak yang peduli lingkungan. Antara lain dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara 1, Palmtri Foundation yang berafiliasi dengan gerakan One Milion Trees dari Hunggaria, dan juga dari donatur peduli lingkungan.

Baca Juga :  Wagub Apresiasi Penghijauan INTI, JMSI, PINTI dan DLHK NTB

Bersama LPS, ini merupakan kerjasama Matakali untuk kali kedua. Sedangkan dengan BWS NT1, ini merupakan kerjasama perdana. “Insyaallah, untuk tahun depan kami bersama BWS NT1 akan menjalin kerjasama yang lebih serius lagi,” terang Apink yang juga Pembina KMPS Matakali ini.

Semangat menanam yang tak kalah besar juga diperlihatkan ratusan anggota pecinta alam tingkat SMA. Baik itu dari organisasi pecinta alam SMAN 1 Mataram (Palasma), Pecinta alam SMAN 2 Mataram (Sampala), Pecinta alam SMAN 3 Mataram (Kalpasaga), dan organisasi pecinta alam SMAN 5 Mataram (Swamapala). Juga dari perwakilan Warga Pecinta Alam Fakultas Hukum Unram (Wapala) dan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Ekonomi Unram (Mapala FE). Mereka datang dengan kekuatan penuh lengkap dengan bendera dan syal melingkar di leher.

“Kami sangat berterima kasih telah dilibatkan secara penuh dalam proses adat pelestarian lingkungan ini,” ungkap Firman, Ketua KKP UIN Mataram yang kebetulan tengah melakukan tugas kerja nyata di Desa Mambalan.

Menariknya, even Gawe Ninting ini juga melibatkan siswa SDN 2 Mambalan dan kesenian Bale Ganjur (musik tradisional yang biasa dimainkan umat Hindu dalam ritual keagamaan) dari Dusun Liiir Barat Mambalan dalam even ini. Bale Ganjur itu musik khas masyarakat Suku Bali yang mengiringi prosesi pengambilan dan pengantaran bibit pohon menuju lokasi penanaman pohon.

Tak lain ini dilakukan untuk menanamkan kepedulian lingkungan sejak dini kepada.generasi muda. Khususnya generasi penerus di desa Mambalan yang kelak akan menjadi penjaga penjaga sungai Meninting.

Baca Juga :  64 Wisman Eropa Kembali Kunjungi Desa Mambalan

Di tempat yang sama, Pengawas Sungai BWS, Endang Wahyudi, menyambut positif kegiatan KMPS Matakali. Dia juga sangat mengapresiasi even yang digagas Matakali ini.

Menurut dia, semoga kedepannya BWS NT1 bisa menjalin kemitraan dan kerjasama yang lebih luas lagi. “Insyaallah kedepan kita akan menggelar even bersama yang lebih besar,” ujar Endang.

Selama prosesi adat Ngepon Sungai Meninting, Endang sempat mendapat ritual sembek burak. Prosesi adat suku Sasak dengan pemberian tanda dari sekapur sirih di kening sebagai simbul keseriusan dalam pelestarian sepadan sungai. “Sepanjang acara saya sering merinding mengikuti acara adat ruat sungai ini,” aku Endang kepada kepala desa Mambalan.

Senada dengan itu, semangat yang sama juga diungkapkan Direktur Palmtri Foundation Doktor Yulias Erwin. Bobi (sapaan akrab Yulias Erwin) juga berharap, Palmtri dan Matakali bisa menjalin program berkelanjutan yang lebih intens lagi.

“Sejak awal gerakan ini di lounching, kami dari Palmtri dan Matakali sudah menjalin kerjasama yang sangat baik,” jelas Boby yang juga salah satu dosen di Universitas Muhamadiyah Mataram ini.

Dan yang tak kalah pentingnya, program ini juga merupakan salah satu bentuk kerja bareng Matakali bersama Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Nusa Tenggara Barat. Sejak awal kegiatan, ritual adat ruat sungai ini dipandu langsung oleh tokoh adat Mambalan yang juga Anggota Dewan AMAN NTB, Raden Muhammad Rais.

“Ini merupakan bentuk ungkapan syukur kita atas anugerah Yang Maha Kuasa. Dan sungai Meninting ini merupakan batas adat Komunitas Adat Karang Bagean Mambalan,” jelas Muhammad Rais. (rl)

Komentar Anda