Penggunaan cidomo sebagai alat transportasi wisatawan, maka pemiliknya pastinya mendapatkan imbal balik dari pengguna jasanya. Misalkan cidomo mangkal di Taman Sangkareang dan seharian belum mendapatkan penumpang, maka dari itu harus ada imbal balik yang di berikan dari pemerintah. Saat ini saja ada usulan pemerintah untuk menggunakan cidomo sebagi paket study tour.
Sebelumnya Pemerintah Kota ((Pemkot) Mataram melalui Dinas Perhubungan telah melarang cidomo melintas di jalur-jalur tertentu. Tetapi jika terkait dengan jalur yang digunakan berhubungan dengan pariwisata, maka itu tidak menjadi masalah.
Kemudian dihotel-hotel juga sudah menawarkan paket study tour menggunakan cidomo, seperti di hotel Graha Ayu. Jika ada tamu yang akan jalan-jalan menggunakan cidomo, maka dari hotel akan menyediakan. Namun saat ini mereka masih mengambil di pasar-pasar terdekat.
Oleh sebab itu, Latif mengaku sudah mulai melakuan pendataan bagi kusir cidomo selanjutnya diberikan binaan, bukan hanya sebagai kusir saja, tetapi sekaligus menjadi pemandu wisata yang mengetahui dan memahami tempat wisata di Kota mataram dan mereka juga akan dikursuskan bahasa asing.
“Tidak hanya melihat cidomo saja, tetapi kita lihat kesiapan SDM. Selesai melakukan aktifitas kandang kudanya harus diperhatikan dan pakannya,” pungkasnya. (cr-dev)
