Desa Wisata Loang Baloq Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Kearifan Lokal

DESA WISATA: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) RI, Sandiaga Uno, didampingi Wali Kota Mataram, H Mohan Roliskana, saat mengunjungi Desa Wisata Loang Baloq, Sabtu (26/6). (IST/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno terus berjibaku. Khususnya dalam upaya membangkitkan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata Indonesia.

Setelah sebelumnya mengunjungi Desa Wisata Buwun Sejati, Kabupaten Lombok Barat, maka Sandi melanjutkan kunjungannya ke Desa Wisata Loang Baloq, Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, NTB.

Kunjungan ini rangkaian kegiatan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Dimana untuk Propinsi NTB terdapat dua desa wisata yang masuk sebagai 50 besar desa wisata terbaik ADWI 2022. Program ADWI sendiri telah memasuki tahun kedua yang mengusung tema ’Kebangkitan Ekonomi untuk Indonesia Bangkit’.

Melalui program tersebut, Kemenparekraf dapat menjaring database desa wisata baru dari pendaftaran di website jejaring desa wisata (Jadesta). Itu merupakan website resmi yang dikembangkan oleh Kemenparekraf.

Dari data kegiatan ADWI tahun 2021 terjaring 1.831 data desa wisata yang ada di Indonesia dan target di tahun 2022 adalah 3.000 desa wisata yang terjaring, tetapi yang mendaftar juga melebihi target yaitu sekitar 3400 desa wisata. Lonjakan desa wisata yang mendaftar ini menunjukkan animo yang sangat tinggi dari desa wisata dalam mengikuti program ADWI ini.

Desa wisata Loang Baloq yang masuk sebagai 50 desa terbaik ADWI 2022 ini, juga mendapat kesempatan menjadi peserta program pembinaan dan pengembangan desa oleh mitra Kemenparekraf yaitu Grab.

”Kita harapkan destinasi kombinasi antara destinasi Bali dan destinasi wisata religi ini, bisa menjadi satu kesatuan, yang bisa mampu membangkitkan ekonomi kita, membuka peluang usaha, dan juga lapangan kerja,” ujar Sandi didampingi Wali Kota Mataram, H Mohan Rolisana saat berkunjung ke Loang Baloq, Sabtu (25/6).

Sandi mengaku terpesona dengan potensi Desa Wisata Loang Baloq yang epik. ”Saya melihat kombinasi ini ada beberapa ya. Tapi ini yang paling epik ya. Tidak hanya dapet sunset, senja, tapi juga dapat wisata religinya. Dapat ekonomi kreatif, tapi juga ada kearifan lokalnya. Ini makamnya di dalam pohon. Dan spesial, saya baru pertama kali lihat ini. Jadi, pariwisata halal yang bisa kita angkat ke depan salah satunya juga bisa membuat travel plan yang bisa kita kembangkan untuk di Desa Wisata Loang Baloq ini,” ungkap Sandi.

Baca Juga :  Libur Lebaran, Layanan Kesehatan di Mataram Tetap Normal

Seperti halnya desa wisata yang lain, destinasi wisata di desa itu telah memenuhi standar penilaian tim juri ADWI 2022 yang terdiri dari tujuh kategori. Yakni 1. Daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), 2. Suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya), 3. Homestay, 4. Toilet umum, 5. Digital dan kreatif, 6. Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE), dan 7. Kelembagaan Desa.

Lokasi Desa Wisata Taman Loang Baloq cukup strategis. Dari Lombok International Airport Praya sekitar 30 menit menggunakan mobil menuju desa tersebut. Nama desa ini cukup menarik rasa penasaran publik. Terutama, dari sisi pemaknaan nama. Menurut masyarakat desa setempat, nama Loang Baloq, memiliki historis panjang. Itu adalah nama makam yang popular di kalangan masyarakat setempat.

Loang dalam bahasa sasak berarti lubang. Sedangkan Baloq dalam bahasa sasak berarti buaya. Jadi Loang Baloq dalam bahasa Indonesia artinya lubang buaya.  Menurut Juru Kunci Makam Loang Baloq Janali, Loang dalam bahasa sasak artinya lubang. Sedangkan Baloq artinya buyut.

”Dengan demikian, tafsir Loang Baloq itu sendiri memang lebih condong kepada lubang buaya karena di area makam tersebut terdapat banyak buaya yang memiliki lubang tempat berdiam diri. Konon, umur buaya tersebut mencapai ratusan tahun,” kata Janali.

Karena historis tersebut pula, Desa Loang Baloq menjadi tujuan wisata religi. Di mana ada tiga makam yang dikeramatkan, salah satunya makam Maulana Syekh Gauz Abdurrazak. Beliau merupakan ulama dan pendakwah agama Islam yang berasal dari Baghdad Irak. Dia menyebarkan agama Islam dari Palembang lalu kemudian singgah di Lombok sekitar 18 abad yang silam.

Setelah menyebarkan Islam di daerah Palembang, beliau lalu meneruskan perjalanan dakwahnya dan mendarat di pesisir pantai Ampenan. Tidak sedikit para wisatawan berziarah dan berdoa di makam tersebut. Oleh masyarakat setempat, kunjungan para peziarah tersebut dimanfaatkan sebagai peluang usaha dengan membuat taman hiburan rakyat.

Baca Juga :  Polisi Tangkap Pembobol Toko Indomaret

Destinasi wisata ini dilengkapi berbagai fasilitas, seperti Plaza Pengunjung dan Panggung Hiburan yang bisa dijadikan tempat penyelenggaraan berbagai acara. Kemudian, ada danau buatan yang menyediakan pilihan aktivitas seperti becak air.

Dikelilingi dengan gazebo dan tempat duduk untuk bersantai sambil menikmati pemandangan. Yang tak kalah seru, terdapat menara pandang yang menjadi ikon dari taman hiburan ini untuk mengabadikan pemandangan sekitar serta melihat sunset dari ketinggian.

Bukan hanya itu, Desa Wisata Taman Loang Baloq memiliki pemandangan pantai yang indah yaitu Pantai Loang Baloq. Sebuah pantai dengan pasir putih yang berada di sebelah barat Pulau Lombok dan menjadi sunset point. Berada satu area dengan Taman Hiburan Rakyat Loang Baloq membuat pantai ini jadi pilihan tepat untuk liburan bersama keluarga. Tidak jauh dari pantai ini, terdapat pohon beringin yang menjulang tinggidan mendekap makam tua, yang dikenal sebagai makam Maulana Syekh Gauz Abdurrazak.

Bicara potensi seni dan budaya, desa ini terdapat pertunjukan Gendang Beleq yang sudah terkenal sejak dulu. Gendang Beleq menjadi alat musik tradisional kebanggaan Suku Sasak. Biasa dimainkan secara berkelompok. Gendang ini terbuat dari pohon meranti yang tumbuh subur di Lombok. Gendang Beleq menghasilkan suara yang besar dan bergema.

Kesenian lain yang biasa ditampilkan adalah Tari Rudat. Tarian tradisional yang juga berasal dari Suku Sasak ini memadukan Gerakan pencak silat seperti memukul, menendang, memasang kuda-kuda, dan menangkis. Tari Rudat digunakan dalam menyambut tamu dan acara-acara formal pemerintahan.

Para wisatawan juga dapat berburu menu makanan di sentra kuliner ikan yang menyediakan olahan ikan hasil nelayan sekitar. Sementara untuk buah tangan, wisatawan bisa memilih kreasi fesyen modern dari tenun karya perajin ekraf/UMKM Kota Mataram. Bagi mereka yang berniat bermalam, di desa ini telah tersedia Homestay Mutiara yang memiliki eksterior dominan kayu. Tempat bermalam tersebut juga dilengkapi segala fasilitas umum bagi pengunjung. (gal/adv)

Komentar Anda