Dari Standar 5R Menuju Katering untuk Presiden Hingga MotoGP

Owner Bu Kus Katering Wagini

MATARAM – Presiden RI Joko Widodo sudah belasan kali datang ke Provinsi NTB. Setiap kedatangan Presiden Jokowi tentunya membutuhkan sajian makanan yang steril, higienis, aman dan enak dan itupun harus di bawah pengawasan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Ternyata, jika Presiden Jokowi datang berkunjung ke Lombok, NTB, Bu Kus Katering yang ditunjuk menyediakan katering makanan orang Nomor I di Indonesia tersebut.

Bu Kus Katering, merupakan sebuah nama simpel usaha kuliner yang dimiliki Wagini warga Kota Mataram. Nama Bu Kus diambil dari nama suaminya yang biasa dipanggil pak Kus. Dan ketika itu, Wagini oleh pelanggannya yang membeli sayur lontong, selalu memanggilnya dengan sebutan Bu Kus. Dari sanalah Wagini menjadikan nama Bu Kus menjadi nama brand usaha katering yang dimiliki hingga dipercaya menyediakan pesanan makanan untuk orang nomor 1 di Indonesia.

Tidak hanya menyiapkan makanan untuk Presiden Jokowi, Bu Kus Katering juga dipercaya penyelenggara untuk menyediakan katering untuk pembalap, kru dan tamu VIP gelaran World Superbike (WSBK) 2022 dan MotoGP 2022. Bahkan pada event penyelenggaraan MotoGP 2023, Bu Kus Katering sudah dikontak dari penyelenggara, termasuk untuk Presiden Jokowi bersama rombongannya saat menonton MotoGP di Sirkuit Mandalika Lombok Tengah, Provinsi NTB yang akan berlangsung pada tanggal 13-15 Oktober 2023 mendatang.

Wagini mengawali usaha kuliner dengan modal hanya Rp200 ribu pada tahun 2009 silam. Wagini menjajakan jualan kulinerya di Taman Udayana, Kota Mataram setiap hari Minggu. Mulai dari sana, Wagini juga menjual kuliner sayur lontong. Jualan sayur lontong laris manis, hingga pelanggannya harus antre untuk membeli kuliner yang disajikan setiap hari Minggu di Taman Udayana.

“Saya kebetulan suka kulineran, makanya jualan sayur lontong dan aneka makanan. Kebetulan juga saya lihat yang jualan di Taman Udayana itu menunya itu – itu saja tidak ada variasinya dan saya memberikan banyak pilihan, sehingga banyak pelanggan yang sampai antre,” kisah Wagini, Owner Bu Kus Katering.

MENGAWASI : Owner Bu Kus Katering Wagini memperlihatkan penerapan standar 5R yang dilaksanakan seluru karyawannya saat berproduksi.

Pada tahun 2010, Wagini mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan yang diadakan Balatkop (Balai Pelatihan Koperasi) Dinas Koperasi UKM Provinsi NTB terkait kuliner dan manajemen. Dari sana, Wagini semakin memantapkan untuk mengembangkan usahanya di sektor kuliner. Ia pun terus meningkatkan kemampuannya dalam manajemen keuangan dan marketing usahanya meski skala mikro. Hingga akhirnya, Wagini mengikuti pelatihan yang diadakan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan terpilih menjadi UMKM binaan.

Berbekal ilmu selama pelatihan yang didapatkannya Wagini pun memberanikan diri mengurus semua legalitas usaha, termasuk izin dan sertifikasi halal dan lainnya. Dan tepat pada tanggal 11-11-2011, Wagini resmi membuka usaha kuliner dengan nama ‘Bu Kus Katering’.

Wagini mengaku dalam menjalankan usahanya sangat terbantu dengan menerapkan standar 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin), serta LK3 (Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Standar ini menjadi acuannya bersama karyawan yang selama ini dilibatkan menjalankan usaha katering.

Baca Juga :  Pemprov Siapkan Pergub Aksi Bela dan Beli Produk Lokal

“Standar 5R dan LK3 ini betul-betul saya terapkan dalan menjalankan usaha. Bisa saya katakan ini kunci kesuksesan menjalankan usaha kuliner sampai sekarang,” ungkap Wagini Owner Bu Kus Cathering.

Berbekal standar 5R dan LK3, usaha kuliner Bu Kus Katering terus melaju tumbuh pesat. Konsep standar 5R dan LK3 diakui Wagini didapatkan saat mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan YDBA. Bahkan, YDBA secara langsung memberikan pendampingan menuju UMKM Mandiri yang siap menjadi mitra perusahaan besar. Konsep standar 5R penenakannya lebih kepada bagaimana peralatan dapur, tetap terawat, bersih, rapi dan memudahkan karyawan mengambilnya ketika akan digunakan. Begitu juga dengan bahan – bahan baku, mulai daging, bumbu-bumbuan hingga sayur mayur juga ditempatkan di tempat yang tertata rapi, steril, bersih dan pastinya higienis.

Selain menerapkan standar 5R, Wagini dalam mengelola usaha katering juga sangat didukung dalam memberlakukan LK3. Seluruh karyawan harus mematuhi dan menerapkan LK3, sehingga mereka betul-betul melaksanakan tanggungjawabnya sesuai job masing-masing. Karyawan juga diberikan penghargaan (reward, red) dan juga sanksi (funishment, red), sehingga mereka benar-benar bertanggungjawab pada setiap tugas masing – masing.

Kini usaha kuliner Wagini, Bu Kus Katering yang dimilikinya merekrut 19 karyawan tetap dari awalnya hanya bekerja sendiri bersama suami dan satu orang karyawan. Bahkan, ketika ada pesanan dalam jumlah besar, Bu Kus Katering melibatkan sampai 20-an pegawai lepas. Wagini pun mengaku bangga dan bersyukur bisa bermafaat bagi banyak orang dengan bisa melibatkan mereka bekerja dan mendapatkan penghasilan.

“Karena cita-cita saya dari awal itu ingin bermafaat bagi banyak orang dengan cara membuka lapangan pekerjaan. Alhamdulillah sekarang saya bisa memenuhinya,” ungkap Wagini.

Berbagai penghargaan juga ditorehkan Wagini atas kerja kerasnya dalam menjalankan usaha katering yang berpijak pada standar 5R dan LK3. Pada tahun 2017 Wagini mengikuti lomba 5R yang diadakan oleh YDBA dan berhasil meraih juara I Nasional. Selanjutnya pada tahun 2018, Wagini mendapatkan penghargaan dari YDBA sebagai UMKM Mandiri untuk dikirim belajar manajemen keuangan ke Jepang.

“Dari berbagai pelatihan itu saya jadikan acuan untuk terus berbenah menjalankan usaha katering dan Alhamdulillah sekarang banyak dipercaya melayani event-event besar di NTB,” bebernya.

Ketua Pengurus YDBA Sigit Kumala menjelaskan program pendampingan dan pembinaan UMKM oleh YDBA difokuskan pada empat sektor, yaitu pertama ; manufaktur, kedua ; pertanian, ketiga ; bengkel roda empat, keempat ; kerajinan dan kelima ; kuliner. Untuk lamanya pendampingan kepada UMKM masing-masing sektor berbeda-beda sangat bergantung dari programnya. Jika itu manufaktur butuh waktu lebih dari tiga tahun, apalagi jika itu adalah UMKM pemula. Sementara itu untuk UMKM kuliner membutuhkan waktu sekitar 3 tahun pendampingan sudah bisa menjadi UMKM Mandiri.

Baca Juga :  15.756 UMKM Mataram Dapat BPUM

“Pembinaan dan pendampingan yang kami berikan kepada UMKM itu sasarannya nanti mereka bisa mandiri dan siap menjadi vendor atau supplier event besar atau pengusaha besar,” terang Sigit.

Menurut Sigit, dalam memberikan pendampingan kepada UMKM itu ditekankan menerapkan standar 5R dan LK3. Karena standar 5R itu menjadi keharusan yang mesti diterapkan oleh setiap UMKM dalam menjalankan usahanya. Terlebih lagi untuk kuliner itu harus memenuhi standar kualitas hotel.

“Kalau sudah menerapkan standar 5R dan LK3, maka baru bisa dikatakan menjadi UMKM Mandiri,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi NTB H Ahmad Masyhuri mendukung penuh program pendampingan YDBA kepada UMKM dalam rangka untuk naik kelas. Ketika UMKM itu sudah naik kelas, maka nantinya mereka bisa menjadi pengimbas atau mentor kepada pelaku UMKM lainnya. Dengan begitu, UMKM di NTB bisa bersaing di kancah lokal, nasional bahkan internasional.

“Program YDBA dalam memberikan pendampingan kepada UMKM menjadi Mandiri ini sangat luar biasa. Kita berharap lebih banyak UMKM menjadi binaan YDBA di NTB, sehingga bisa menjadi mandiri,” kata Masyhuri.

Diakui Masyhuri, Pemerintah Pusat bersama Pemprov NTB dalam hal ini Dinas Koperasi UKM dan Dinas Koperasi UMKM Kabupaten/Kota terus berupaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bagi para pelaku UMKM, termasuk membantu memperluas pasar produknya. Hanya saja, pemerintah juga memiliki keterbatasan. Karena itu, dengan kehadiran serta komitmen dan konsistensi YDBA dalam meningkatkan SDM pelaku UMKM sangat membantu program pemerintah menjadikan UMKM berkualitas dan naik kelas.

Terlebih lagi, Provinsi NTB menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) dalam prioritas pengembangan industri pariwisata nasional. Di NTB sudah mulai banyak event –event berkelas internasional, seperti WSBK, MotoGP yang digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok. Ada juga event MXGP sebanyak dua seri di NTB, yakni Seri MXGP Samota di Sumbawa dan Seri MXGP Lombok di Sirkuit Internasional Selaparang Bank NTB Syariah, yang dilaksanakan mulai tahun 2023.

Berbagai event internasional lainnya di NTB, kata Masyhuri tentunya akan berdampak pada jumlah wisatawan yag berkunjung ke NTB. Ketika wisatawan semakin banyak berkunjung, maka mereka pastinya akan membutuhkan makanan yang sesuai standar, baik itu untuk wisatawan mancanegara maupun nusantara. Artinya, akan berdampak besar terhadap industri usaha kuliner, transportasi, akomodasi dan kerajinan khas daerah.

“Kami berharap UMKM binaan YDBA yang sudah menjadi Mandiri bisa memberikan imbas kepada UMKM sejenis lainnya, agar bisa sama-sama maju dan melaju memberikan kualitas layanan terbaik kepada wisatawan yang berkunjung ke NTB,” imbuhnya. (luk)

Komentar Anda