Pasien RSUD KLU Meninggal Diduga Malapraktik

KLARIFIKASI: Kabid Penunjang Medis dan Non-Medis RSUD KLU Zaini (kaca mata) didampingi Kasi Humas Mahsun (DERY HARJAN/RADAR LOMBOK)

TANJUNG – Seorang warga Desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Marianah diduga menjadi korban malapraktik saat cuci darah di RSUD Kabupaten Lombok Utara (KLU), Kamis (18/4) lalu. Setelah cuci darah, ia koma dan meninggal dunia pada Selasa (23/4).

Itu diungkap oleh suami korban Nursaid. Nursaid mengaku bahwa sebelum istrinya cuci darah kondisinya masih normal. Namun saat cuci darah tiba-tiba terjadi kendala di rumah sakit. Yakni listrik tiba-tiba padam dan alatnya tidak berfungsi. Dokter yang menangani istrinya kemudian langsung mencabut selang pada tubuh pasien.

Setelah itu pasien dipindahkan ke IGD karena kondisinya koma. Tak lama di IGD, pasien dibawa ke ruang inap sebelum akhirnya dibawa kembali ke ruang HD untuk cuci darah. “Saat koma itu dilakukan cuci darah dan sekitar 1,5 jam kemudian istri saya meninggal dunia,” ujarnya.

Baca Juga :  Pemda Optimistis Jalinkra Dibangun 2023

Atas kondisi tersebut, pihaknya kini menuntut RSUD KLU untuk bertanggung jawab. Sebab diduga atas kelalaiannya mengakibatkan dirinya kehilangan istri.

Kabid Penunjang Medis dan Non Medis RSUD KLU Zaini mengatakan  bahwa RSUD memiliki genset kapasitas 460 KPA untuk menjangkau seluruh area rumah sakit. “Genset tersebut dilengkapi  ATS (automatic transfer switch). Artinya begitu listrik mati maka secara otomatis genset hidup. Itu butuh waktu cuman 4 detik untuk menyala kembali,” ujarnya.

Dengan kesiapan rumah sakit seperti itu maka Zaini mengaku tidak yakin pasien meninggal akibat listrik padam. Sebab jika listrik padam hanya butuh 4 detik untuk listriknya menyala kembali. “Kita sudah sesuai prosedur. Sebab aturan dari Kementerian Kesehatan itu kalau listrik padam di rumah sakit, maksimal 10 detik harus hidup kembali. Kita itu hanya 4 detik,” ucapnya.

Baca Juga :  Peserta Seleksi Bawaslu Diminta Tak Sibuk Lobi

Diakui Zaini bahwa belakangan ini memang kerap terjadi pemadaman listrik di Tanjung semenjak adanya pengerjaan jalan nasional Tanjung-Bayan. Oleh sebab itu pihaknya tetap mengantisipasi dengan memastikan kondisi genset dalam keadaan baik. “Oli dan filternya itu terus kita perhatikan. Kemudian BBM-nya juga begitu, tersisa 50 persen langsung kita isi,” ucapnya.

Dengan kondisi kelistrikan di rumah sakit saat ini, Zaini memastikan bahwa meninggalnya korban bukan karena listrik padam. Sebab rumah sakit sudah sangat siap dengan kelistrikan.

“Perlu diketahui bahwa rata-rata pasien yang cuci darah itu memang kondisinya sudah tidak stabil. Artinya dengan cuci darah itu hanya untuk memperpanjang umur. Tetapi lebih jauh mengomentari penyebab meninggalnya itu bukan kewenangannya saya,” jelasnya. (der)

Komentar Anda