Buku Mulok Lecehkan Perempuan Bikin Marah Warga

Konten Porno, Sudah Menyebar di Sekolah

Buku Mulok Porno Bikin Marah Warga
DITARIK : Dua buku muatan lokal yang beredar di sekolah-sekolah yang ditarik peredarannya menyusul protes warga. Buku ini dianggap tidak mendidik karena berisi pantun yang berbau porno dan pelecehan terhadap perempuan. (Abdi Zaelani/Radar Lombok)

SELONG – Buku muatan lokal berupa kumpulan pantun Sasak yang dianggap berkonten porno tengah menjadi perbincangan warga Lombok Timur. Lebih miris lagi, buku ini sudah menyebar di sekolah-sekolah dan menjadi bacaan siswa. Kecaman datang dari berbagai pihak dan menuntut pihak terkait menarik peredaran buku yang tidak mendidik ini.

Di media sosial, sampul buku berikut isinya diunggah pertama kali oleh seorang pemerhati budaya, Lalu Safarudin Aldy. Buku muatan lokal pantun Sasak ini berisi sejumlah pantun yang dianggap jorok dan tidak sesuai dengan bacaan siswa. Misalnya salah satu pantun berbunyi “ Timaqne roah niniq datu, tolangne doang kandoqte ngandang. Timaqne solah jari bebalu, loang taine jaq wah leang”. Ada juga pantun serupa di lembar-lembar yang lain yang bernada melecehkan perempuan. Apenk marah dengan beredarnya buku ini. “ Ini budayawan otak porno. Para aktivis perempuan segera melaporkan. Ini jelas-jelas pelecehan terhadap kaum perempuan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Selamatkan Anak dari Pelecehan Seksual

Akun “Muhammad Ridwan” bereaksi keras. Buku ini dianggap keterlaluan. “ Ini keterlaluan. Mau mendidik anak bangsa jadi porno,” tulisnya.

Pengurus Korps Alumni HMI Lombok Timur Suhirman Assugiani justru menyorot kenapa buku ini bisa beredar di sekolah tanpa diperhatikan kontennya. “ Kalau benar ini beredar di sekolah-sekolah, kita pidanakan Kadis dan Kabidnya,” ungkapnya marah.

Safarudin yang juga pimpinan Jaringan Aktivis Publik Daerah (Japda) ini menilai  buku muatan lokal ini ditulis oleh tiga orang masing-masing Lalu Sudirman, Bahri dan Lalu Ratmaja. Di dalamnya tertulis secara terang alat vital perempuan dan dinilai merendahkan martabat perempuan.

Baca Juga :  Cabuli 4 Korban, Siswa SMP Diamankan

BACA JUGA: Anggaran tak Cukup, Bantuan Korban Gempa dari Kemensos Batal?

“Kalau saya lihat buku ini sangat jauh dari nilai-nilai kearifan lokal. Pengarang buku ini tidak mengerti tentang sastra Sasak,” ungkapnya.

Isi buku tidak elok dan tidak mendidik. Ia juga meminta pejabat Dinas Pendidikan bertanggungjwab atas beredarnya buku ini. Seharusnya sebelum buku ini diedarkan, buku ini harus ditelaah oleh pihak yang ahli. “Pendidikan karakter yang menjadi tren dalam dunia pendidikan dan menjadi pondasi pembangunan serta mencerdaskan kehidupan bangsa adalah menjadi keharusan dalam menanamkan nilai – nilai luhur dan budi pekerti. Semua elemen berperan dengan kapasitas masing-masing, termasuk sastrawan atau para penulis,” tandasnya.

Komentar Anda
1
2