BPKAD Diaudit Terkait Aset RPH Loang Baloq

DIAUDIT : Inspektorat Kota Mataram masih melakukan audit status lahan RPH Loang Baloq (Sudir/Radar Lombok)

MATARAMInspektorat Kota Mataram secara maraton melakukan audit aset Rumah Potong Hewah (RPH) yang berlokasi di Loang Baloq Lingkungan Sembalun Kelurahan Tanjung Karang yang diklaim milik PT. Putera Purna Yudha. Luasnya 37 are. Di lahan ini bahkan dipasang spanduk penegasan kepemilikan atas nama Arifin Ibrahim SE.

Kepala Inspektorat Kota Mataram H. Makbul Ma’shum menjelaskan, audit RPH Loang Baloq sedang dilakukan. “ Ini yang kita dalami penyerahan dari Lombok Barat ke Kota Mataram. Inspektorat Kemendagri meminta Inspektorat Kota Mataram mendalami status aset tersebut.

Aset lahan di samping Makam Loang Baloq Mataram seluas 37.513 meter persegi yang sebelumnya adalah tempat Rumah Potong Hewan (RPH) diklaim menjadi milik bersama antara Pemkab Lobar dan Pemkot Mataram. Belakangan, aset itu lalu diklaim sebagai milik pribadi oleh Arifin Ibrahim, Dirut PT. Putera Purna Yudha.

Baca Juga :  Pemkab Kebut Tuntaskan Persoalan Aset

Untuk aset hanya satu di RPH Loang Baloq. Berdasarkan beberapa bukti, tanah tersebut masih diklaim aset Kota Mataram. Setelah ada pemekaran dengan Lombok Barat, Pemkot masih menunggu hasil tim audit yang telah bekerja keras. Karena  aset ini juga menjadi perhatian pusat.

Masih berkaitan dengan anggaran, untuk audit tahun ini masih tetap berjalan di beberapa dinas. Bahkan di kecamatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyelewengan anggaran.

Sementara itu Ketua Komisi II DPRD Kota Mataram HM. Zaini meminta BPKAD Kota Mataram terus menuntaskan kasus aset yang saat ini masih menjadi persoalan antara Kota Mataram dan Lombok Barat. Ia berharap Pemkot betul-betul melakukan pendataan secara matang agar tidak ada lagi persoalan. “ Kita minta didata aset-aset saat ini. Banyak yang masih diklaim oknum tertentu,” katanya.

Baca Juga :  Pemprov Resmi Jual Aset di BIL

Ia meminta kepada eksekutif untuk segera menuntaskan masalah aset agar tidak terus menerus menjadi masalah. Eksekutif harus menggali dimana akar masalahnya. Apakah karena manajemen yang kurang bagus, atau soal pola dan teknis penanganan yang kurang tepat. ”Kita harapkan tahun ini sudah clear, sehingga soal aset ini tidak lagi menjadi catatan-catatan,” pungkasnya.(dir)

Komentar Anda