BI NTB Konsisten Kembangkan Vanili Organik untuk Pasar Ekspor

Kepala Perwakilan BI NTB Berry A Harahap melihat budidaya vanili organik degan sistem green house di Desa Sajang, Sembalun.

MATARAM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB terus berupaya meningkatkan ekspor komoditas unggulan NTB di luar hasil tambang, salah satunya adalah produk vanili organik. Komoditas vanili merupakan produk hasil perkebunan di NTB yang pasar ekspornya sudah tembus di sejumlah negara Eropa, termasuk Amerika Serikat.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB Berry Afrisyah Harahap bersama Deputi Kepala Perwakilan BI NTB Winda Putri Listya melihat langsung tanaman vanili organik di kelompok tani vanili Gerok Sokong, Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Jumat (16/2).

Tanaman vanili di NTB tersebar di sejumlah kawasan kaki gunung, seperti di kawasan pegunungan Tambora, Pegunungan Rinjani dan juga di kawasan pegunungan Sumbawa dan juga Dompu. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, sejak tahun 2011 silam jsudah memberikan pendampingan dan pembinaan kepada kelompok tani vanili, dari konvensional menuju vanili organik.

Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, Berry A Harahap mengatakan Bank Indonesia tidak hanya melihat sumber pertumbuhan ekonomi NTB tidak hanya berasal dari dalam negeri, tapi juga sangat besar peluangnya dari ekspor sejumlah produk unggulan pertanian, perkebunan dan juga perikanan kelautan. Karena itu, BI NTB melihat betapa pentingnya terus mendorong dan meningkatkan produksi vanili organik di NTB yang kini menjadi incaran buyers (pembeli), dari sejumlah negara, salah satunya adalah dari Amerika Serikat.

Baca Juga :  BI Bersama BMPD NTB Peduli Korban Bencana Cuaca Ekstrem

“Kami terus mendorong semakin banyak produk ekspor NTB, sebagai salah satu cara mendorong pertumbuhan ekonomi. Budidaya vanili organik ini bisa mendorong nilai ekspor NTB,” beber Berry.

Dikatakan Berry, bahwa Bank Indonesia NTB dalam beberapa tahun terakhir sudah membeirkan intervensi untuk peningkatan produksi vanili dengan membangun kerja sama kelompok-kelompok petani vanili organic yang menjadi mitra binaan UD. Rempah Organik Lombok agar bisa menembus pasar ekspor dengan nilai tambah yang tinggi.

“Hasil produksi vanili sekarang ini sebagian masih dilakukan gelondongan. Kedepan, Bank Indonesia akan mendampingi hingga dilakukan hilirisasi di dalam daerah. Artinya, dilakukan pengolahan setidaknya yang dikirim ke luar negeri adalah vanili organi dalam bentuk bubuk, agar nilai tambahnya lebih besar bagi daerah,” ungkap Berry.

Petani vanili dari kelompok petani Gerok Sokong, Sajang, Sembalun semakin gencar mengembangkan budidaya vanili organik, karena harga jual di pasar global semakin menjanjikan. Petani vanili yang ada di wilayah Sajang ini sudah puluhan tahun membudidayakan vanili secara konvensional dan kini mulai merambah ke sistem dengan teknologi di dalam green house. Jika dulunya vanili dibudidayakan tumpang sari oleh petani-petani tradisional, kini pola budidaya vanili Lombok dilakukan dilakukan lebih modern untuk menghasilkan kualitas produksi yang diinginkan.

Petani vanili di Sajang, Sembalun ini sudah lama dibina oleh UD Rempah Organik Lombok, yang merupakan pengusaha eksportir vanili di Provinsi NTB yang sudah menjalin kontrak kerja sama jangka panjang dengan buyer dari Amerika Serikat.

Baca Juga :  BI NTB Bantu Peralatan Sablon Kelompok Pemuda KEK Mandalika

Owner UD. Rempah Organik Lombok H Mohir mengaku jika permintaan vanili organik di pasar global sangat tinggi, bahkan produksi saat ini tidak sebanding dengan permintaan, khusus dari Amerika Serikat. Belum lagi permintaan dari berbagai negara lainnya, yang tidak bisa dipenuhi.

“Kami saat ini menaungi tiga kelompok petani vanili di Sajang, salah satunya kelompok Gerok Sokong, mengembangkan vanili organik di lahan seluas 186,18 hektar. Dalam setahun, produksi vanili organik di Sajang, dikisaran 5 – 6 ton dalam sekali panen, dalam kurun waktu 8 bulan,” sebut Mohir.

Adapun harga juga vanili saat ini Rp350.000 per kg untuk vanili basah dan Rp8 juta per kg untuk vanili kering. Dalam satu batang vanili, bisa menghasilkan 1 kg vanili basah atau sekitar Rp350.000 nilai jual. Artinya, jika satu petani memiliki 1.000 batang vanili, maka potensi penghasilannya bisa mencapai Rp350 juta sekali musim panen. Vanili ini biaya produksinya rendah, tidak sampai Rp30 juta per musim.

“Hasil menjual vanili tidak saja untuk kebutuhan ekonomi petani, tapi juga untuk memangun infrastruktur di Desa Sajang,” tutupnya. (luk)

Komentar Anda