Lorong memasuki masjid, ungkapnya, merupakan saksi bahwa perbedaan agama tidak selalu harus disikapi negatif. Sebaliknya, lorong itu disebutnya telah menyaksikan betapa perbedaan itu menjadi indah ketika bisa hidup berdampingan dan saling bertoleransi.
“Lorong ini adalah saksi puluhan bahkan mungkin ratusan tahun bagaimana dua umat hidup rukun dan beribadah berdampingan dengan damai, tanpa harus saling terganggu satu dengan lainnya,” ucapnya.
Diketahui, Pura Meru merupakan salah satu pura yang didirikan oleh Anak Agung Made Karangasem, sekitar tahun 1720. Tembok yang mengelilingi pure sudah berlumut dan mengesankan bahwa pure yang sangat disakralkan ummat Hindu itu sebagai pure tua.
Dua tempat ibadah yang melambangkan kerukunan umat ini disebutnya menjadi contoh bagi siapa saja yang menginginkan hidup damai meskipun banyak pebedaan. (Bersambung)