Beras dan Rokok Sumbang Inflasi di NTB

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB, Prijono memproyeksikan bahwa tekanan inflasi pada tahun 2017 diperkirakan terkendali. Inflasi NTB pada triwulan IV 2017 atau keseluruhan tahun 2017 diperkirakan sebesar 3,5 sampai dengan 3,9 persen (yoy), berada dalam target inflasi nasional sebesar 4 + 1 persen  (yoy).

Terkendalinya laju inflasi sepanjang tahun 2017 tersebut didukung oleh terkendalinya harga komoditas bahan makanan ‘volatile food’, didukung oleh peningkatan produksi  komoditas pangan. “Hasil survei konsumen Bank Indonesia menunjukan ekspektasi inflasi yang terkendali dalam 3 hingga 6 bulan ke depan,” terang Prijono.

Baca Juga :  Ekonomi Baru Pariwisata Dorong Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas dan Berkelanjutan

Meskipun demikian, lanjut Prijono, bahwa laju inflasi 2017 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan inflasi administered price yakni tarif STNK dan listrik yang meningkat pada awal tahun.

Pada tahun 2017, terdapat sejumlah risiko yang terkait dengan kelompok komoditas administered price dan volatile food. Dari sisi kelompok volatile food, risiko terjadinya kekeringan akibat dari musim kemarau yang disebabkan fenomena El Nino perlu dicermati.

Baca Juga :  Motor Honda CRF250Rally Mulai Mengaspal di NTB

Selain itu, tingkat kunjungan wisatawan yang diperkirakan meningkat pada akhir tahun 2017, juga berisiko meningkatkan permintaan masyarakat. Sehingga perlu didukung oleh ketersediaan pasokan pangan yang cukup. Perlu dicermati adalah risiko administered price terkait dengan perkembangan harga minyak dunia yang fluktuatif, dapat mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM). (luk)

Komentar Anda
1
2