Bayi Kembar Siam Tidak Bisa Dipisahkan

Kembar Siam Lombok
KEMBAR SIAM : Inilah kondisi Muhammad Thalib, bayi yang mengalami kembar siam dan saat ini dirawat di RSUP NTB. (ISTIMEWA RADAR LOMBOK)

MATARAM – Bayi kembar siam atas nama Muhammad Talib masih menjalani perawatan di RSUD Provinsi NTB.

Pihak  RSUD Provinsi NTB memastikan tidak bisa melakukan   operasi untuk  memisahkannya.

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB, dr Lalu Hamzi Fikri menjelaskan, bayi tersebut merupakan kembar siam parapagus. “Tidak bisa kita prediksi kedepannya, yang jelas hidup dan mati itu di tangan Tuhan,” ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis kemarin (20/4).

Kembar siam parapagus yang dialami Muhammad talib, memiliki dua jantung, dua paru-paru, ginjal satu pasang, limpa satu dan liver menyatu. Dengan kondisi tersebut, tidak mungkin dilakukan pemisahan karena akan membunuh salah satunya atau keduanya.

Hal yang bisa dilakukan saat ini, pihaknya berupaya menjaga kesehatan bayi dan memberikan pelayanan terbaik. Terutama mengatasi gangguan pernafasan yang kerap datang. “Kondisinya saat ini sih stabil, tapi kan kesehatan bayi itu labil. Jadi kita tetap berikan pelayanan terbaik apapun yang akan terjadi,” katanya.

Disampaikan Hamzi Fikri, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, telah didatangkan susu khusus. Mengingat bayi memiliki dua kepala dengan organ lengkap, maka nutrisi masuk ke dua-duanya. “Kepalanya kan dua, jadi nutrisi kita masukkan ke kedua mulutnya,” ungkap Hamzi Fikri.

Baca Juga :  Saluran Tersumbat, Lingkungan di Kecamatan Ampenan Terendam

Menurutnya, bayi bisa bertahan sampai saat ini saja sudah luar biasa. Kondisi fisik sang bayi memang sangat kuat dibandingkan bayi-bayi lainnya. Ia menduga bayi tersebut akan mampu bertahan hidup lebih dari 11 hari.

Muhammad Talib merupakan anak dari Fathul Bahri dan Zuriyah yang dilahirkan Senin lalu (10/4). Kasus seperti ini sangat jarang terjadi di NTB maupun di Indonesia. Penyebab terjadinya kembar siam tidak ada factor pasti. “Penyebabnya multi factor,” kata Hamzi Fikri.

Wakil Direktur Pelayanan RSUD Provinsi NTB, dr Agus Rusdhi menambahkan, kembar siam pernah terjadi di NTB pada tahun 2011, 2014 dan tahun 2017 ini. Namun, bayi sebelumnya tidak ada yang bisa bertahan hidup.

Begitu juga di luar daerah dengan kasus kembar siam parapagus. Bayi seperti itu belum lama ini ditemukan di Surabaya, Medan dan Gresik. Namun umur bayi paling lama bisa bertahan hanya 11 hari saja. “Jadi bayi yang disini sudah mau 11 hari nih, akan jadi bayi paling lama bisa bertahan hidup,” ungkapnya.

Baca Juga :  Mobil Box Terjun Bebas ke Sungai

Bayi kembar siam lanjutnya, disebabkan pembelahan yang tidak sempurna. Hal itu sama dengan kasus bayi yang mengandung janin beberapa waktu lalu. Perbedaannya, bayi yang ada janin di dalam perutnya bisa dioperasi dan saat ini sudah dalam kondisi sehat. “Beberapa waktu lalu sudah pulang ke Lotim bayinya setelah janin di dalam perut diangkat, sekarang sih sehat dan normal,” katanya.

Terhadap nasib bayi yang saat ini menjadi pasien RSUD NTB, Agus Rusdhi juga enggan memprediksikan nasibnya. Pihak rumah sakit hanya bisa memberikan pelayanan terbaik saja. “Orangtua bayi juga sudah kami ajak komunikasi, mereka sudah pasrah apapun yang akan terjadi. Karena memang tidak mungkin kita operasi, mereka sudah ikhlas kok,” tandasnya.(zwr)

Komentar Anda