Bayi Kembar Siam, Muhammad Talib Pecahkan Rekor

bayi kembar siam lombok
MASIH BERTAHAN : Bayi kembar siam parapagus, Muhammad Talib masih terus menjalani perawatan intensif di RSUD Provinsi NTB. (HUMAS RSUD NTB FOR RADAR LOMBOK)

MATARAM –  Bayi kembar siam parapagus atas nama Muhammad Talib  yang tengah dirawat di RSUD Provinsi NTB itu masih hidup dan kondisinya terus membaik.

Dijelaskan Direktur Utama (Dirut) RSUD Provinsi NTB dr Lalu Hamzi Fikri, secara umum kondisi Muhammad Talib semakin membaik. Usianya kini sudah menginjak 23 hari. “Alhamdulillah kondisinya baik, kita juga pecahkan rekor nasional,” ucapnya kepada Radar Lombok, Kamis kemarin (4/5).

Kedua bayi yang hidup dalam satu tubuh itu telah mendapatkan transfusi darah. Saat ini infus masih terpasang di tubuhnya untuk tetap menjaga kesehatannya. “Tim medis terus memantau perkembangannya,” kata Hamzi Fikri.

Secara detail, Hamzi Fikri memaparkan, untuk bayi yang posisinya berada di sebelah kiri, telah dilakukan pelepasan alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dan diganti dengan oksigen. Namun masih terpasang sonde untuk memasukkan makanan atau minuman dan obat. Makanan dan minuman yang diberikan oleh pihak rumah sakit berupa minum susu 5 cc.

Sedangkan bayi yang berada di sebelah kanan, oksigen yang terpasang telah dilepas. Ia meminum susu terakhir 20 cc. “Bayi yang kanan juga semakin membaik kondisinya. Sudah ada dokter yang menangani pasien itu,” ujar Hamzi Fikri.

Hal yang harus disyukuri, lanjutnya, sampai saat ini belum pernah ada bayi kembar siam parapagus di Indonesia yang bertahan hingga 23 hari. Berdasarkan catatan ilmu kedokteran, sebelumnya bayi kembar siam parapagus hanya bisa bertahan paling lama 11 hari.

Baca Juga :  Papuq Ipah Ditemukan Tak Bernyawa di Sungai Sesaot

Hamzi Fikri sendiri tidak bisa memprediksi nasib bayi tersebut kedepannya. Meskipun sampai saat ini tidak ada yang pernah bisa selamat, namun keajaiban bisa saja terjadi. “Kita tidak bisa prediksi sampai kapan bayi akan bertahan, ajal itu ditangan Tuhan,” katanya.

Kembar siam parapagus yang dialami Muhammad Talib memiliki dua jantung, dua paru-paru, ginjal satu pasang, limpa satu dan liver menyatu. Dengan kondisi tersebut, tidak mungkin dilakukan pemisahan karena akan membunuh salah satunya atau keduanya.

Hal yang bisa dilakukan saat ini, pihaknya berupaya menjaga kesehatan bayi dan memberikan pelayanan terbaik. Terutama mengatasi gangguan pernafasan yang kerap datang. “Jadi kita tetap berikan pelayanan terbaik apapun yang akan terjadi,” komitmennya.

Menurutnya, bayi bisa bertahan sampai saat ini saja sudah luar biasa. Kondisi fisik sang bayi memang sangat kuat dibandingkan bayi-bayi lainnya. Orangtua bayi sendiri telah pasrah apapun yang akan menimpa anaknya.

Muhammad Talib merupakan anak dari Fathul Bahri dan Zuriyah yang dilahirkan tanggal 10 April. Kasus seperti ini sangat jarang terjadi di NTB maupun di Indonesia. Penyebab terjadinya kembar siam tidak ada factor pasti.

Wakil Direktur Pelayanan RSUD Provinsi NTB, dr Agus Rusdhi sebelumnya menyampaikan, kembar siam pernah terjadi di NTB pada tahun 2011, 2014 dan tahun 2017 ini. Namun, bayi sebelumnya tidak ada yang bisa bertahan hidup.

Baca Juga :  Korban Lakalantas Jalur Baru Taliwang Jadi Tiga Orang

Begitu juga di luar daerah dengan kasus kembar siam parapagus. Bayi seperti itu belum lama ini ditemukan di Surabaya, Medan dan Gresik. Namun umur bayi paling lama bisa bertahan hanya 11 hari saja. “Jadi bayi yang disini sudah tercatat sebagai bayi kembar siam parapagus paling lama bisa bertahan hidup,” ungkapnya.

Bayi kembar siam, disebabkan pembelahan yang tidak sempurna. Hal itu sama dengan kasus bayi yang mengandung janin beberapa waktu lalu. Perbedaannya, bayi yang ada janin di dalam perutnya bisa dioperasi dan saat ini sudah dalam kondisi sehat. Berbeda halnya dengan bayi kembar siam parapagus yang tidak bisa dambil tindakan operasi.

Untuk diketahui, satu kasus kembar siam terjadi untuk setiap 200 ribu kelahiran. Dari semua kelahiran kembar siam, diyakni tak lebih dari 12 pasangan kembar siam yang hidup di dunia. Saat dilahirkan kebanyakan sudah dalam keadaan meninggal, yang lahir hidup hanya sekitar 40 persen. Kemudian yang lahir hidup, 75 persen meninggal pada hari-hari pertama dan hanya 25 persen yang bertahan hidup. Itu pun sering kali disertai dengan kelainan bawaan dalam tubuhnya. (zwr)

Komentar Anda