Tamu Sepi, PHK Jadi Ancaman

Suherman
Suherman.( DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK )

MATARAM – Sejumlah pengusaha di industri pariwisata di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat bakal melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan mereka. Pasalnya, kondisi pariwisata sekarang ini sangat terpuruk, tamu yang sepi. Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan adanya wabah virus corona yang mulai membuat orang berbagai negara panik, termasuk warga di NTB.

Bahkan baru-baru ini sejumlah pengusaha Vila di Bali terpaksa melakukan PHK karyawan mereka, lantaran penyebaran virus corona (covid-19) berawal dari negara China dan kini meluas ke beberapa negara, sehingga menerapkan travel warning.

“Kondisi sekarang ini industry pariwisata di kawasan wisata senggigi makin terpuruk.  Mungkin juga ada yang akan tutup dan di beberapa tempat akan PHK karyawan mereka,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Hiburan (APH) Kawasan Senggigi Lombok Barat Suhermanto, kepada Radar Lombok, Kamis (5/3).

Menurutnya, pengusaha melakukan PHK pada karyawan tujuannya adalah agar kegiatan usaha mereka tetap bisa berjalan meski terasa berat. Mengingat selama ini banyak usaha yang sulit untuk bangkit kembali, dari pascabencana alam gempa bumi dua tahun lalu, kemudian ditambah lagi dengan penyebaran wabah virus corona saat ini.

“Saya kira semua karyawan yang terkena PHK mengerti keadaan ini. Mereka masih bisa mendapatkan uang jika mereka membawa tamu,” ucapnya.

Hermanto menilai, dampak dari penyebaran virus corona ini sangat besar ditambah lagi dengan krisis keuangan yang sedang melanda di beberapa negara di dunia, sehingga tamu mancanegara belum berani mengisi masa liburan mereka dengan traveling ke Asia. Jika kondisi pengusaha masih bisa bertahan kemungkinan karyawannya hanya di rumahkan saja. APH sendiri lebih memilih untuk merumahkan karyawan mereka dari pada PHK.

“Mereka takut dan memang ada travel warning juga dari negara mereka. Di tempat-tempat hiburan juga saat ini jarang dikunjungi wisatawan mancanegara,” tuturnya.

Terpisah, Ketua Kehormatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB I Gusti Lanang Patra menilai, untuk PHK akan dilakukan jika memang kondisi perusahan terpuruk. Namun jika masih bisa bertahan, meskipun kondisinya seperti saat ini lebih memilih merumahkan karyawan.

“Kalau kondisi semakin memburuk bisa menjadi pilihan pengusaha melakukan PHK. Tetapi mungkin mereka bisa di rumahkan dulu, sambil melihat kondisi kembali pulih bangkit lagi,” katanya. (dev)

Komentar Anda