Tak Terpantau karena Awan Tebal

Tak Terpantau
ist/

MATARAM – Pengamatan fenomena alam gerhana matahari cincin gagal terpantau di NTB, Kamis (26/12). Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Mataram bersama Kanwil Kemenag NTB hanya sempat melihat di fase awal sekitar pukul 12.16 Wita. Setelah itu, fenomena gerhana matahari cincin ini terutup awal tebal.

Pantauan sendiri berlangsung di halaman Islamic Center Hubbul Wathan Mataram. BMKG sendiri sudah menyiapkan alat-alatnya sekitar pukul 10.30 Wita. Namun, begitu awal tebal datang, tim pemantau langsung mengemas alat-alatnya. Mengingat alat-alat itu sangat sensitif dengan air.

Apalagi, awal tebal kemudian diikuti mendung dan hujan. Kondisi cuaca ini melumpuhkan aktivitas pemantauan hingga puncak munculnya gerhana matahari sekitar pukul 14.04 Wita. Dengan demikian, fenomena alam yang menjadi siklus tahunan itu gagal terpantau di NTB.

Kepala BMKG Stasiun Mataram, Ardhianto Septiadhi menerangkan, gerhana matahari cincin tidak terpantau jelas di wilayah NTB. Jika pun iya, hanya sementara di fase awal saja. ‘’Awannya begitu tebal sehingga menghalangi pemantauan,’’ terang Ardhianto.

Awalnya, sambung dia, pihaknya hendak melanjutkan pemantauan hingga fase puncak. Namun, hujan deras disertai menghalangi aktivitasnya sehingga terpaksa menutup semua alat-alatnya. Mengingat semua alat pantau itu sensitif dengan air. ‘’Pemantauan kemudian kita tutup pukul 15.37 Wita. Tapi cuaca masih hujan sehingga kita tidak dapat meneruskan pemantauan,’’ jelasnya.

Kesimpulannya, gerhana matahari cincin di wilayah NTB tak bisa terpantau. Namun untuk wilayah lainnya di Indonesia, seperti Aceh dan daerah lainnya sangat jelas terlihat gerhana matahari cincin. ‘’Itu bisa kita pantau di layar monitor,’’ tandasnya.

Ardianto kembali menerangkan, gerhana matahari terjadi ketika posisi matahari bulan dan bumi pada satu garis lurus. Dan untuk gerhana matahari terjadi pada fase bulan baru. Gerhana matahari cincin ini terjadi pada siklus tertentu, siklusnya 18 tahun 11 hari 8 jam. Namun untuk daerah yang dilalui tidak samaa setiap gerhana. ‘’Untuk melalui daerah yang sama kurang lebih 375 tahun,” jelasnya.

Ditambahkan Tim Hisab Rukyat Kanwil Kemenag NTB, Ida Suriyati, pihaknya juga tidak bisa melanjutkan pengamatan gerhana matahari karena tidak mau menggambil risiko dengan kondisi cuaca hujan. Sebab alat yang digunakan tidak bisa kena hujan. Begitu juga yang dilaksanakan dib eberapa tempat, seperti di Lombok Barat tidak bisa melakukan pengamatan karena cuaca. “Ya kita juga tidak bisa melakukan pemantauan kalau cuaca seperti ini. Takut alat-alat kita nanti rusak, soal alat yang kita bawa ini sangat sensitif. Maka kami juga memilih tidak memasang alat kembali, meski sudah dari pukul 10.30 Wita, kami sudah ada di sini,” terangnya.

Selain itu, kata Ida, Kanwil Kemenang NTB juga sudah memberikan informasi kepada semua Kanwil Kemenag kabupaten/kota untuk memantau dan melaksanakan salat Kusufain. “Alhmadulilah informasi yang kita dapatkan di 10 kabupaten/kota melaksanakan salat Kusuf,’’ katanya.

Meski tidak dapat memantau gerhana matahari, sambungnya, tapi salat Kusuf tetap berjalan. Baik di IC Mataram maupun di setiap kabupaten/kota. ‘’Salat Kusuf ini juga menjadi imbauan langsung Kemenag RI di seluruh wilayah di Indonesia,’’ tandasnya.

Pantauan Radar Lombok, salat Kusuf gerhana matahari tak hanya dilakukan di masjid, tapi juga di Lapas Mataram. Para napi menggelar salat Kusuf sekitar pukul 12. 45 Wita. “Warga binaan yang mengikuti salat gerhana matahari ini sekitar 300 orang,’’ kata Kepala TU Lapas Mataram, Muchtarudin.

Salat Kusuf ini juga dilakukan warga Lombok Timur di sejumlah tempat.  Salah satu lokasi pelaksanan salat  Kusuf  ialah  di Masjid Asunnah Desa Kembang Kerang Kecamatan Aikmel.  Ratusan jamaah yang akan melaksanakan salat memenuhi masjid.  Bertindak sebagai iman sekaligus khatib  ialah Ustad Nasri. Dalam Khutbahnya , Ustad Nasri mengulas tentang  terjadinya gerhana matahari dari  sudut pandang Islam.  Peristiwa gerhana matahari ini sebagai bukti akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.  ‘’Ini tentunya untuk mengigatkan supaya lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada sang Khalik,‘’ katannya. (sal/der/lie)

Komentar Anda