Satu Pedagang Pasar Sayang Sayang Reaktif

RAPID TES: Pelaksanaan rapid test pedagang Pasar Sayang Sayang oleh Puskesmas Selaparang, Sabtu lalu (30/5), dengan hasilnya satu pedagang dinyatakan reaktif.( ALI/RADAR LOMBOK)
RAPID TES: Pelaksanaan rapid test pedagang Pasar Sayang Sayang oleh Puskesmas Selaparang, Sabtu lalu (30/5), dengan hasilnya satu pedagang dinyatakan reaktif.( ALI/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Kabar kurang menyenangkan kembali datang dari pasar tradisional di Kota Mataram. Seorang pedagang di Pasar Tradisional Sayang Sayang dinyatakan reaktif setelah mengikuti Rapid Diagnostic Tes (RDT).

Rapid tes mengambil sampel darah enam pedagang Pasar Sayang Sayang. Hasilnya, satu orang pedagang dinyatakan reaktif. “Iya sudah kita laksanakan rapid test sekitar enam pedagang. Ada satu pedagang yang reaktif,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Mataram, dr H Usman Hadi, kepada Radar Lombok di Mataram, kemarin (1/6).

Rapid test dilaksanakan pada hari Sabtu (30/5). Tes dengan sasaran pedagang dan pengelola Pasar Sayang Sayang. Rapid tes menurunkan tim dari Puskesmas Selaparang, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Petugas langsung melaksanakan rapid test ke pedagang.

Usman mengatakan, rapid test dilaksanakan pasca salah satu pedagang di Pasar Sayang Sayang positif Covid-19 atau corona. Pedagang tersebut kemudian meninggal dunia setelah dirawat di ruang isolasi rumah sakit.

Sebagai upaya pencegahan, petugas langsung melaksanakan tracing dan rapid test kepada pedagang Pasar Sayang Sayang. “Ada yang meninggal pedagang disana dan positif covid-19. Dia juga pedagang daging di Pasar Sayang Sayang,’’ katanya.

Dijelaskan juga, pedagang daging yang meninggal dunia tersebut, kesehariannya mengambil daging di Rumah Potong Hewan (RPH). Selanjutnya enam petugas RPH juga di-rapid test petugas kesehatan. Tapi hasil keseluruhannya non reaktif. “Kalau di RPH semuanya non reaktif,” imbuhnya.

Pedagang yang reaktif ini berasal dari Karang Pule, namun kesehariannya berdagang di Pasar Sayang Sayang. Kemudian keluarga pedagang reaktif kata Usman, nantinya juga dilaksanakan rapid test. “Iya karena ini kan kita tracing semua. Dia kontak dengan siapa saja atau bagaimana. Seperti biasa kita laksanakan tracing,’’ terangnya.

Kemudian terhadap pedagang yang dinyatakan reaktif, pihaknya langsung meminta untuk dilakukan karantina. Sambil menunggu hasil swab. Petugas tidak mengizinkan yang bersangkutan untuk beraktivitas seperti biasanya. “Iya harus dikarantina dulu sambil menunggu hasil swab,” jelasnya.

Meski ada pedagang Pasar Sayang Sayang yang positif corona, Dikes memastikan tidak mengusulkan untuk menutup pasar. “Tidak lah. Tidak sampai kita minta ditutup,” jelasnya.

Sementara Wakil Kepala Pasar Sayang Sayang, Azami, mengatakan bahwa rapid test tersebut dilakukan, sebagai upaya untuk memberikan ketenangan kepada para pedagang. “Kalangan pedagang kita imbau untuk tidak panik, terkait salah satu pedagang yang positif, karena sudah ditangani oleh tim medis,” katanya.

Saat ini lanjutnya, di Pasar Sayang Sayang juga sudah diterapkan protokol kesehatan, sejak bulan Maret lalu. Dia juga berharap kalangan pedagang untuk tetap menjaga kesehatan.

Sedangkan Direktur RSUD Kota Mataram, dr HL Herman Mahaputra mengatakan, saat ini Tim covid Kota Mataram telah melakukan kontak tracing dan pemeriksaan rapid test, untuk  pedagang di Pasar Sayang Sayang yang positif Covid-19.

Pihaknya juga terus melakukan koordinasi dengan dinas terkait, mengingat penyebaran virus corona saat ini sudah masuk transmisi lokal. Sementara semua klaster sudah ditangani 100 persen, sehingga untuk penanganannya sudah jelas. “Kalau sekarang kita kejar transmisi lokal,” jelasnya.

Disampaikan, beberapa pasar sudah tersentuh seperti di Pasar Kebon Roek, Pasar Sayang Sayang, dan Pasar Pagesangan. Untuk itu, Tim Covid Kota Mataram juga terus gencar melakukan pencegahan, serta melakukan sosialisasi ke kalangan pedagang yang setiap hari melakukan kontak langsung dengan para pembelinya. Pihaknya juga mengimbau, kesadaran masyarakat untuk melaporkan diri dan melakukan pemeriksaan secara mandiri. “Hal ini untuk kepentingan bersama, serta pencegahan penularan virus corona,” pungkasnya. (gal/dir)

Komentar Anda