Perang Api Masih Lestari

Perang Api Masih Lestari
Perang Api: Tradisi Perang Api di dua banjar di Cakranegara masih lestari. Perang ini berlangsung pada petang hari menjelang Nyepi. (Fahmy/Radar Lombok)

GIRI MENANG : Selain Ogoh ogoh, ada juga tradisi jelang Nyepi namun hanya ada di dua banjar di Kota Mataram yakni Banjar Negara Sakah dan Banjar Sweta Barat. Ya, warganya menggelar tradisi Perang Api. Perang ini lebih dikenal dengan Perang Bobok. Bobok adalah alat perang berupa seikat daun kelapa kering yang dibakar dan lalu dipukulkan ke musuh yang juga punya senjata yang sama.

Perang Api berlangsung pada waktu petang jelang Nyepi, Senin (27/3) atau setelah selesai Pawai Ogoh ogoh. Durasi perang tidak terlalu lama, sekitar 10 sampai 15 menit saja.

Baca Juga :  Mengunjungi Destinasi Baru Pariwisata Lombok Tengah

[postingan number=5 tag=”wisata”]

Menurut tetua banjar setempat, tradisi ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Sebagaimana diceritakan Kepala Lingkungan Sweta Barat I Gusti Bagus Mayana, perang ini sudah ada sejak lama. Awal mula, perang ini berlangsung untuk mengusir penyakit yang pernah melanda warga kampung pada masa lampau. Perang ini semacam ritual pengusiran penyakit.  Hingga kini Perang Api masih lestari.”  Bermula dari saling lempar, kini menjadi tradisi,” papar Gusti.

Baca Juga :  Rumah Adat Desa Beleq, Cikal Bakal Warga Sembalun

Ada yang berubah. Dulu senjata perang tidak pakai Bobok, melainkan seikat batang padi. Tapi karena batang padi (jerami kering) jarang ditemukan, maka batang padi diganti dengan bobok (daun kelapa kering).” Kedepan kami akan usahakan untuk mengembalikannya menggunakan batang padi,” imbuh Bagus.(ami)

Komentar Anda