Penyidik Periksa 10 Saksi Dugaan Penganiayaan di Al-Aziziyah

Kompol I Made Yogi Purusa Utama ( ROSYID/RADAR LOMBOK )

MATARAM – Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Mataram memeriksa 10 saksi di Lotim, terkait dugaan penganiayaan terhadap santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aziziyah, bernama Nurul Izzati (13) yang berujung meninggal dunia, Sabtu (29/6) lalu.

“Hari ini (2/7) sebanyak 10 orang kami periksa di Lotim untuk dilakukan berita acara pemeriksaan (BAP),” ujar Kasatreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama, Selasa (2/7).

Rinciannya, sebanyak 7 tenaga kesehatan (nakes) dari Poliklinik, Puskesmas dan RSUD dr. Raden Soedjono Selong, Lotim yang pernah menangani korban selama menjalani pengobatan.

“Sekitar 5 orang dari rumah sakit. Kami juga meminta untuk dijelaskan mengenai visum korban. Sedangkan 3 orang saksi lainnya itu dari keluarga teman korban,” ungkapnya.

Selain melakukan pemeriksaan di Lotim, dalam tahap penyidikan ini kepolisian juga telah melayangkan surat pemanggilan ke Ponpes Al-Aziziyah untuk di-BAP.

Dalam surat pemanggilan tersebut, sebanyak 4 orang akan diperiksa pada Kamis (4/7).
“Kalau untuk ponpes Kamis besok (4/7) kami periksa. Hari ini (2/7) kita layangkan surat pemanggilan. Di ponpes (yang akan diperiksa) salah satunya santri dan tiga lainnya dari pengurus ponpes. Mudah-mudahan bisa hadir besok,” katanya.

Pemeriksaan terhadap pihak ponpes tersebut sebagai langkah awal, sebelum dilakukan pengecekan tempat kejadian perkara (TKP) yang diduga tempat terjadinya dugaan penganiayaan. Termasuk akan mengecek seluruh CCTV yang ada di ponpes tersebut.

“Nanti kami telusuri terkait adanya CCTV yang memperlihatkan korban saat dijemput pada 14 Juni lalu. Nanti akan kami sinkronkan dengan informasi dari sopir salah satu travel yang menjemput korban ke ponpes itu,” ucap dia.

Diakui, pihaknya belum menerima hasil autopsi dari dokter forensik Rumah Sakit Bhayangkara. Dokter forensik ini juga akan diperiksa sebagai saksi ahli.

“Keterangan dokter forensik itu akan kita sinkronkan dengan hasil autopsi. Karena baru kemarin juga telah dikirim sampel tubuh korban untuk dilakukan cek lab ke rumah sakit.

Semoga ada titik teranglah,” harapnya.
Sebelum mengembuskan napas terakhir, santriwati asal Desa Rukun Lima, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut koma di RSUD dr Raden Soedjono beberapa hari. Menjalani masa kritis itu korban dibantu ventilator dan lainnya.

Saat menjalani perawatan di ruang ICU RSUD dr. Raden Soedjono Selong, kondisi mata sebelah kiri korban membengkak dan di kepala korban terdapat sebuah benjolan yang diduga akibat benda tumpul.

Korban sebelum koma sempat bercerita kepada keluarganya, mendapat kekerasan dari tiga santriwati setempat. Hal itu disampaikan oleh ibu kandung korban, Raudah.

Nurul Izzati menyampaikan dirinya dipukul sesama santriwati. Namun sayang, anaknya tunggalnya itu tidak sempat membuka identitas tiga orang yang memukulnya. (sid)

Komentar Anda